Minggu, 29 September 2013

ke MEDAN (ku kembali) #3



“..Lonely travelling might collect positive energy to affected your creativity”
         Hari ketiga menumpang hidup di Medan membuahkan banyak pengalaman. Kesendirian tak sedikitpun mengalirkan perasaan sepi di hati. Mungkin inilah yang saya sebut sebagai reformasi hati dimana kebebasan bertransformasi menjadi sebuah energi dan mengalirkan semangat berkreasi lebih luas dibandingkan ketika bersama orang lain disisi yang ternyata belakangan diketahui kurang menikmati. Sensasi perjalanan sendiri membuahkan cerita sederhana bermakna dalam yang melingkupi rasa puas hati, membuat ketagihan. Mungkin, untuk selanjutnya, saya mau begini lagi atau kalau ada yang berminat menemani, saya siap berbagi. =)
        Malam hari terakhir saya di Medan, disuguhi dengan rintik hujan yang kian membesar. Sebelum saya pulang ke hotel, saya putuskan untuk membeli oleh-oleh andalan yaitu Bolu Meranti rasa blueberry, capucinno, dan abon ayam plus bika ambon merk Rika. Semuanya berlokasi di jalan Sekip. Dalam perjalanan tersebut, saya diantar oleh supir yang sok tahu tapi tak tahu jalan. Oh, plis deh! Untung saja, saya bisa mencurahkan kekesalan saya pada seorang teman melalui sosial media. Kalau tidak, habislah dia. Hehe. Sesampai di hotel, teman saya mengirim pesan untuk mengajak makan duren di tempat terkenal di Medan, Duren Ucok :
I want MORE!!
Tanpa banyak ba bi bu, langsung saya iya-kan ajakannya. Pas sekali. Pas ngidam duren, pas ada teman. Lengkap sudah! Sebelum menuju ke Ucok Duren, saya mengisi perut dengan nasi goreng Jalan Pemuda yang berlokasi tepat di depan hotel. Nasi goreng plus sate kerang adalah perpaduan seru saat bertemu. Bila dibandingkan dengan nasi goreng dekat hotel Soechi Medan, rasanya memang kalah enak. Namun, lumayanlah untuk memproteksi perut sebelum dihajar habis-habisan dengan duren, hehe.
             Pukul 21.00, saya berangkat ke Duren Ucok dan bertemu dengan teman lama disana. Ia membawa serta teman kerjanya yang hobi makan duren. Kalau dihitung-hitung, saya menghabiskan 2 buah duren full. Perut saya memang dihajar habis-habisan dengan buah duren ini. Abisnya, ga bisa nolak sih. Bayangkan saja :
best durian in town!
"Ketika cangkang dibuka, aroma daging buah langsung memenuhi rongga penciuman. Daging buah yang tebal dan bertekstur kering di luar, juicy di dalam membuat saliva tak bisa berhenti untuk keluar. Saat daging buah perlahan dicecap, serasa hidup dalam taman sriwedari, surga dunia hadir tiba-tiba di tengah kita"

Memang agak lebay, tapi demikianlah saya mendeskripsikan kecintaan pada buah yang dijuluki king of fruits. I’ll be faith to live with durian around me. Hihi. 6 buah durian seharga 150 ribu telah habis tak bersisa sedikit pun. Memang kalap kita. Maklumlah momen bersama durian adalah momen berharga untuk dilewatkan karena tak setiap hari kita bisa makan durian sampai mabok dengan harga relatif terjangkau. Duren Ucok memang wajib disambangi ketika berkunjung ke Medan. Walaupun, sebenarnya saya punya langganan juga di kawasan kaki lima Jalan Semarang. Bedanya adalah di Duren Ucok ini, durian selalu tersedia berlimpah walaupun belum musim durian walau kadang rasanya sedikit tidak memuaskan tapi kita bisa menggantinya dengan durian lain yang kita suka. Bila kita mau membawa buah durian sebagai oleh-oleh, Duren Ucok menyediakan jasa pengepakan. Per kotak ukuran standar berisi 7 buah duren kecil dan dibanderol dengan harga Rp. 270.000. Bila beli minimal dua kotak, pesanan kita dapat diantar sampai hotel. Harganya memang relatif mahal karena pengepakan durian ini membutuhkan banyak sekali peredam bau seperti kopi, bunga bakung, dan pandan sehingga kita dapat lolos dari regulasi hotel atau pesawat mengenai larangan membawa durian. Nice to try for the next visit. Hehe.
           Pukul 23.00, saya pun sampai di hotel. Perut rasanya agak panas. Namun, tak membuat saya kapok untuk makan duren sampai mabok kembali, hehe. Malam ini adalah malam terakhir saya menginap di Medan. Esok hari pesawat telah menunggu untuk mengantarkan saya kembali ke rutinitas asal. Berat untuk meninggalkan rasa asli kuliner Medan plus durian Medan yang paling ngangenin. Hope to see you again, Medan. I’m sure, I can’t stand to wait ‘till the opportunity for travelling come and beat my life!
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do you think, guys?