Senin, 31 Desember 2012

Habibie-Ainun : Antara Nasionalisme dan Cinta Sejati

Satu lagi film lokal yang membuat bulu kuduk merinding disko. Bukan karena horror yang sedang hits menjamur di bioskop kesayangan tiap kota, namun karena judul film karya sineas muda tanah air yang membawa angin segar bagi perkembangan perfilman Indonesia. Ide yang diangkat pun tak muluk-muluk. Biografi tokoh besar, sang jenius pencetus industri pesawat terbang pertama di Indonesia, Prof. DR (HC) Ing. Dr. Sc. Mult Bacharuddin Jusuf Habibie, Bapak Teknologi Indonesia. Film tersebut diadaptasi dari buku biografi best-seller dengan judul yang sama. Walaupun (lagi-lagi) saya belum berkesempatan untuk membaca sebelum menontonnya, namun saya yakin ceritanya pun pasti hidup. Lha wong biografi tokoh besar, masa dibuat-buat? Namun (lagi-lagi) satu yang pasti bahwa apabila kita ingin mengetahui detail kisahnya, maka bukulah jawabannya. No other things can replace the power of book, even more the movie. It just can visualize the story into reality setting, not your imagination.
          Film ini berkisah tentang perjalanan hidup Habibie dari masa muda hingga masa lanjutnya. Adegan awal dibuka dengan flash-back tentang masa sekolah seorang Habibie dan awal pertemuannya dengan Ainun. Mereka satu SMA dan sama-sama memiliki otak encer. Mereka melanjutkan perkuliahan di universitas dan jurusan yang berbeda. Habibie muda memilih jurusan Teknik Mesin di ITB dan melanjutkan hingga jenjang S3 di Jerman sedangkan Ainun muda memilih mengabdi menjadi dokter. Mereka bertemu muka kembali setelah sekian lama. Habibie muda berniat melamar Ainun dan menikahinya. Rencana beliau berjalan mulus. Ainun dipersunting Habibie dengan adat jawa bernafas islami. Kehidupan awal pernikahan, mereka jalani di Jerman. Habibie yang kala itu sedang dalam proses menyelesaikan kuliah S3-nya pun harus bahu membahu menafkahi keluarga kecilnya, dengan proyek dan mengajar. Bermodalkan kejeniusan dan kerja keras, mereka dapat bertahan hidup di Jerman. Kesederhanaan dan saling menghargai adalah kunci kelanggengan kehidupan di negeri seberang. Setelah dikaruniai dua anak, Ainun memutuskan untuk bekerja kembali, mengabdi menjadi dokter di Jerman. Pada saat yang bersamaan, Habibie yang pada saat itu telah merampungkan S3-nya menyurati Pemerintah Indonesia. Beliau berniat untuk pulang ke Indonesia, mengabdikan diri dengan memajukan infrastruktur Indonesia yang saat itu menjadi fokus utama pemerintah. Namun nihil, penawarannya ditolak. Ia pun memutuskan untuk mencari pengalaman bekerja di sebuah industri di Jerman. Hingga akhirnya, doanya pun terkabul. Ia diminta oleh pemerintah Indonesia untuk mendarmabaktikan ilmunya di Indonesia. Jiwa nasionalisme yang ia pendam dalam hati, menyeruak keluar, menggebukan tiap degub jantung menjadi semangat yang menderu. Bermodalkan tekad membara dan ide brilian, ia pulang ke Indonesia disusul oleh Ainun dan anak-anaknya. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) di Bandung adalah awal mula implementasi kejeniusan seorang Habibie. Kerja keras, pantang menyerah, dan dedikasi tinggi terhadap bangsa adalah modal utama yang membuat pesawat N250, pesawat pertama karya anak bangsa diluncurkan pertama kali pada tanggal 10 Agustus 1995. “Saya berjanji suatu hari nanti, saya akan membuatkanmu truk yang bisa terbang” Janji Habibie pada Ainun terbayarkan sudah. Setelah mendulang sukses dengan pesawat N250, Habibie pun dipercaya menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi merangkap sebagai kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya yaitu membawa Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi. Dibawah kepemimpinannya, Indonesia memiliki industri strategis seperti IPTN, Pindad, dan PAL. Selama 20 tahun menjadi Menristek, melalui Sidang Umum MPR, Habibie terpilih menjadi Wakil Presiden Indonesia ke-7 pada tanggal 11 Maret 1998. Tak lama dari itu, Soeharto mundur dan digantikan oleh Habibie sebagai Presiden RI. Bertepatan dengan momen tersebut, Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi. Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, lama-lama akan tercium juga. Demikian kiasan yang menggambarkan kondisi Indonesia era 1998. Eksklusifisme, otoriterisasi, bercampur dengan praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dibungkus dalam kemasan apik nan menawan sehingga menipu para insan yang merasakan. Semua terasa murah dan murah. Dibalik itu semua, hutang menggunung. Politik seakan permainan berduit yang menjanjikan. Demikianlah, pemerintahan selanjutnyalah yang menjadi korban. Reformasi pun membuncah hebat bagai luka bisul yang tiba-tiba pecah dan bernanah. Banyak pro dan kontra dalam kebijakan yang dibuat semasa pemerintahan Habibie. Carut marut sendi pemerintahan Indonesia baru terungkap. Pada putaran pemilihan presiden berikutnya, Habibie tak mencalonkan diri. Beliau memilih untuk menghabiskan masa hidupnya di Jerman. Bulan madu kembali sambil mengenang masa muda di Jerman bersama Ainun. Pada masa inilah, Habibie ingin menghabiskan detik demi detik bersama Ainun, istri yang telah dengan setia mendampingi, menjaga, dan mendukung tiap langkahnya. Namun, ternyata ada hal yang selama ini Ainun tutupi dari Habibie yaitu mengenai kesehatannya. Ia divonis dokter mengidap kanker ovarium stadium 4. Hal ini membuat Habibie merasa bersalah. Beliau habiskan puluhan tahun untuk mengurusi karier dan mengabdi untuk bangsa, Ainun pun dengan telaten mengurus dirinya, tak pernah lupa mengingatkannya untuk minum obat dan menjaga kesehatannya. Ainun tak pernah mengeluh walaupun ternyata ia dalam keadaan sakit. Menghadapi kenyataan tersebut, Habibie tak mau membuang waktu. Beliau bawa Ainun ke Jerman untuk pengobatan. 9 kali operasi dan puluhan obat yang sudah masuk ke dalam tubuhnya. Kanker telah menyebar ganas. Manusia hanya berusaha dan Tuhan yang menentukan. Pada tanggal 22 Mei 2010, 10 hari setelah ulang tahun pernikahan mereka, Hasri Ainun Besari Habibie meninggal dunia di LMU Klinikum Munchen, Jerman. Ainun Habibie memang sudah tiada, namun kesetiaannya mendampingi suaminya di tiap kondisi kehidupan menjadi pelajaran yang patut dicontoh oleh setiap istri dimanapun. Beliau adalah manifestasi dari sebuah pepatah kuno, dibalik kesuksesan pria ada wanita hebat dan sabar dibelakangnya.
            Film yang berdurasi kurang lebih 140 menit ini menyedot perhatian sebagian besar warga khususnya masyarakat kota kecil seperti Bogor untuk menontonnya. Kenapa saya bisa bilang begitu? Menurut survey kecil-kecilan yang saya buat sendiri bahwa di salah satu bioskop 21 termurah di Bogor, untuk jadwal tayang pukul 17.05 tiketnya telah habis terjual dari jam 13.30. Ini bukan pada saat premier saya menyurveinya, bukan pula  saat tanggal merah, namun pada hari Sabtu 3 hari menjelang pergantian tahun. Dalam hati kecil, saya heran dengan membludaknya jumlah penonton. Namun, ketika saya analisa kembali, mungkin salah satu alasannya adalah masyarakat urban sudah bosan dengan deretan pilihan film Indonesia yang ditawarkan di bioskop. Dari semua genre, film horror dan humor berbalut adegan seksi para artis wanitanyalah yang mendominasi, menduduki peringkat wahid. Rasanya terlalu rugi mengeluarkan kocek 25 ribu rupiah hingga 50 ribu rupiah untuk menonton film demikian. Hello, Movie Crew! The audiences need inspirational and educational movie. Habibie-Ainun is an answer. We want more!
Kisah Habibie dan Ainun merupakan perjalanan hati menapaki sebuah cinta sejati. Rasa nasionalisme yang memang ada di dalam jiwa Habibie menjadikan cinta sejati tersebut menyebar bagai virus ke dalam sendi tiap insan yang menyaksikan. Kisah mereka pun memberikan pelajaran yang berharga bagi siapa pun. Beliau bersekolah dan meniti karier dari bawah di negeri seberang, tanpa beasiswa. Namun, ia tak lekas balas dendam dengan kalap mencari materi berlimpah dan tahta menggiurkan. Memang, kekurangan pemerintah Indonesia adalah kurangnya penghargaan bagi anak bangsa  brilian seperti Habibie sehingga tak sedikit diantara mereka yang memilih untuk berkarya dan menetap di luar negeri, lupa akan tanah airnya. Namun, mengeluh sebelum menghasilkan karya hanya akan mematikan kesempatan dan bertransformasi menjadi kesempitan. Contohlah semangat nasionalis Habibie, panutlah setia dan sahaja Ainun.
Film garapan Hanung Bramantyo, Habibie dan Ainun, berhasil menutup tahun 2012 ini dengan sebuah inspirasi nasionalis nan mendidik. Habibie dan Ainun telah membawa semangat juang baru bagi kita semua untuk menyongsong awal tahun 2013. “Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapapun” -B.J.Habibie
Habibie-Ainun : Cinta sejati memang tak akan pernah mati.

5 cm : Sebuah Pengukuhan Mimpi dan Persahabatan

         5 cm adalah novel best-seller karya penulis kawakan, Donny Dhirgantoro, yang menceritakan tentang persahabatan 5 anak muda yang baru saja lulus kuliah dan menjadi sarjana. Mereka kemudian meniti karier di bidang masing-masing walaupun ada 1 orang dari mereka yang belum menamatkan kuliahnya. 5 orang tersebut, Genta  sebagai pemimpin genk; Arial sebagai anggota berbadan kekar, sangar, namun terlalu cuek untuk urusan hati; Ian sebagai anggota paling makmur dan subur fisiknya namun tidak dengan perkuliahannya. Dibandingkan dengan anggota lain, Ian paling telat lulusnya; Zafran sebagai anggota yang paling puitis dengan sejuta puisi cinta yang selalu menggebu-gebu terhembus dari mulutnya; Riani sebagai anggota tercantik karena ia adalah satu-satunya perempuan dalam genk tersebut. Kelima sahabat tersebut telah 10 tahun bersama. Mereka menghabiskan akhir pekan bersama dengan kegiatan yang monoton, kalau ga makan dan ngobrol ya nonton. Pada suatu malam, Genta mengungkapkan idenya untuk merencanakan sebuah perjalanan yang tak akan pernah terlupakan. Namun syaratnya adalah mereka tidak boleh berkomunikasi selama 3 bulan. No phones, no messages, no weekend together. And the story had begun magnificently.
           Dalam film arahan Hanung Bramantyo ini, plot cerita yang hidup baru dimulai ketika mereka bertemu di Stasiun Senen menuju Malang dimana mereka memulai menyusuri perjalanan baru menuju puncak Semeru. Alur cerita pun mengalir indah bak pemandangan Semeru yang disuguhkan di sepanjang jalan. Walaupun saya belum pernah menginjakkan kaki ke daerah tersebut, namun saya terbuai dan terbawa suasana sendu ala pegunungan yang menawarkan sejuta pesona alam yang tak akan pernah dapat disandingkan dengan kemegahan kota besar. Surgawi. Petualangan pun dimulai dengan berbagai hambatan yang satu persatu datang, menguji pembuktian kekokohan kekuatan persahabatan antara mereka. Cobaan yang sebenarnya pun datang saat mereka berlima memanjat ke puncak Mahameru, puncak tertinggi dataran Jawa. Dengan suhu dibawah nol derajat, asap vulkanik yang membuat dada sesak, serta terjalnya medan dengan kondisi pijakan yang labil membuat mereka harus ekstra keras memanjat demi menggapai asa bersama, menuju puncak Mahameru. Disinilah ujian yang sebenarnya datang menjelang. Batu besar tiba-tiba jatuh menggelinding ke arah mereka. Dua diantara mereka sedang tidak awas sehingga batu pun menimpa bagian kepala dan mereka jatuh menggulung, pingsan. Suasana menegangkan tercipta disini. Walaupun sudah tahu endingnya, namun suasana yang ditimbulkan dari adegan ini sukses membuat sebagian besar penonton berdebar. Apakah impian mereka berubah menjadi malapetaka yang serta merta menggoyahkan kekuatan cinta persabahatan? Akting yang menawan dibumbui kekocakan ala Igor ‘Saikoji’ pun sukses menggelitik 1.500 syaraf dan otot melawan gravitasi, terbahak. Langkah mereka dilanjutkan kembali hingga sampai ke Mahameru, negeri diatas awan. Disana, tepat 17 Agustus, mereka mengumandangkan impian dengan lantang di depan Sang Saka Merah Putih.
           Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apapun hambatannya, bilang sama diri sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa. Dan kamu akan dikenang sebagai seseorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seonggok daging yang punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya akan kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja. Bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya akan keajaiban mimpi, keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapapun. Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya, karena kamu hanya harus mempercayainya, percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu.”
       Semangat anak muda, pantang menyerah merajut impian besar, semua tersalurkan dari lima nafas sahabat sejati. Gelombang energi nasionalisme terpancar jelas, menyesap menggebu batin untuk mengamini tiap pengakuan kelima sahabat di puncak Mahameru. Tak terasa dada ini semakin sesak, seakan hati ini protes untuk segera melafalkan impian yang belum kesampaian. Saya akui, 5 cm ini film yang insprirasional yang disuguhkan secara menawan bagi anak muda yang sedang ranum-ranumnya mengejar mimpi dan mewujudkannya, menjadi seorang yang besar dan bermanfaat. Akting yang disuguhkan dari tiap detil adegan telah menggambarkan sebagian besar suasana alur cerita dalam novel, walaupun pasti tidak akan sama 100% karena antara film dan novel pasti selalu ada gap baik dari feeling the rhythm of plots maupun willing an unexpected ending. Sebagai contoh, yaitu adegan dimana otak mesum sang Zafran membayangkan underwear yang digunakan oleh Arinda, adik Arial. Memang mengundang tawa, namun sepertinya humor tersebut agak murahan. Kemudian, rumah Arial yang digambarkan sangat mewah bak hotel kurang sesuai dengan ekspektasi saya. Saya membayangkan rumah Arial yang digunakan untuk berkumpul 5 sahabat ini lebih sederhana ala anak muda menengah Jakarta. Namun demikian, pesan yang disampaikan oleh film dan novel sama-sama tepat pada targetnya, menyentuh hati kecil para penonton dari semua kalangan.
           Saya sangat mengapresiasi karya film inspirasional nasionalis seperti 5 cm ini. Di zaman yang semakin terbuka dan demokratis ini, praktis elemen masyarakat seperti Ian, mencari duniawi hingga ke luar negeri. Namun, sebagian besar diantara mereka, tak mau pulang kembali ke tanah air, karena tawaran yang lebih menghasilkan uang dibandingkan di Indonesia. Kemudian, pemerintahan yang jauh dari harapan, kesemrawutan jalan yang membuat stress, serta sampah menggunung dimana-mana memang jadi salah beberapa dari sejuta alasan kita untuk meninggalkan. Manusiawi memang, namun bila ditilik lebih ke dalam nurani, apabila para anak muda harapan bangsa pergi jauh ke negeri seberang, mau jadi apa negeri tumpah darah ini? Saya pun jadi teringat kata-kata Ian di Mahameru. “Gue ga jadi deh ke Manchester. Ternyata lebih enak ya tinggal di Indonesia. Gue lahir disini, make tanahnya, minum airnya, masa gue ga ada terima kasihnya sama Indonesia”. Mimpi besar memang wajib terwujudkan. Dengan keinginan keras menggantung 5 centimeter pada kening, usaha yang lebih keras, serta doa yang tak henti dilafalkan, semesta akan berkonspirasi untuk menghadiahkan sebuah kata sukses dalam goresan hidup. Namun itu belum cukup. Rasa nasionalisme dan azas kebermanfaatan bagi sesama pun harus hadir dalam hati. Agar seimbang antara duniawi dan nurani.
Akhir kata, saya sangat merekomendasikan kamu untuk menonton 5 cm pada penghujung tahun 2012 ini. Lihat mimpimu, goreskan, dan wujudkan. Di puncak Mahameru, sebuah pengukuhan tentang mimpi, persahabatan, dan nasionalisme terakui sudah.
         “Yang berani nyela Indonesia, ribut sama gue!”

Tahun Baru

“Awali tahun baru dengan hal baik, niscaya akan banyak keberkahan mengalir didalamnya”
                What’s your resolution, guys? I bet every of you has decided what will you do tomorrow, the day after tomorrow, and so on. Sebagai seorang yang baru menapaki dunia perindustrian, banyak hal menjadi poin pembelajaran bagi saya. Salah satunya adalah mengenai ISO dengan segala tetek bengek didalamnya. Dalam ISO ada istilah Quality Management Program atau istilah dalam klausulnya adalah sasaran mutu perusahaan yang berisi tentang program dan target per departemen yang harus dicapai per bulan dalam jangka waktu 1 tahun. Evaluasi dari sasaran mutu ini akan didiskusikan pada Rapat Tinjauan Manajemen tiap 6 bulan sekali. Lalu apa hubungannya dengan tahun baru? Yeay! Tahun baru menjadi awal mula dalam babak baru percaturan kehidupan selama 365 hari. Tahun baru pun juga menjadi titik awal dan akhir tahun menjadi titik akhir keberhasilan suatu rencana. Program-program yang direncanakan sering disebut sebagai resolusi. Apabila suatu industri yang notabene memproduksi suatu barang saja harus memiliki program pencapaian, apalagi manusia yang hidup secara dinamis? Apabila sasaran mutu saja harus memiliki target dan evaluasi, apalagi resolusi hidup manusia? Demikianlah hubungannya. Saling berkaitan, walau beda objek namun satu tujuan.
            Tahun baru selain disibukkan dengan merangkai semua program hidup setahun kedepan, juga identik dengan perayaan pesta pora nan meriah. Lihat saja di sekeliling. Semua lapisan masyarakat dari anak-anak hingga orang tua semua tertawa menyambut datangnya bulan baru, tahun baru. Petasan, kembang api aneka jenis, makanan ala barbeque, hingga terompet pun dijual dimana-mana seolah mengundang tiap mata untuk mampir sebentar dan membelinya. Belum lagi acara musik di tiap sudut kota yang dimeriahkan oleh para penyanyi dari selebritis-kurang-terkenal hingga artis papan atas, dari panggung di lapangan sepak bola hingga panggung megah di convention centre. Jalanan pun semakin macet. Namun, tak menyurutkan semangat pesta pora menunggu pukul 12 malam, saat pergantian. Itulah sekelumit fakta, refleksi dalam adaptasi budaya.
           Apabila ditilik lebih jauh, apakah tahun baru harus dirayakan dengan pesta pora nan meriah? Apakah harus ada suara terompet, petasan, dan kembang api yang berpendar, bersuara nyaring mengganggu istirahat tetangga kita? Apakah harus diisi dengan begadang, convoy, berjalan-jalan tanpa arah tujuan, hanya karena ikut-ikutan menyumbang andil dalam kemacetan jalanan? Bagi saya, malam tahun baru ya sama dengan malam-malam biasanya. Perbedaannya adalah pada perhitungan waktunya saja. Pada tahun baru, waktu diasumsikan dihitung dari awal. Semua harapan, cita-cita, dan rencana ditulis kembali, dingatkan kembali. Layaknya bayi yang baru lahir ke bumi, demikian halnya dengan tahun baru. Seyogyanya, menurut saya pribadi, tahun baru memang harus dirayakan dengan suka cita. Namun, jangan berlebihan hingga lupa semua hal yang bersifat spiritual. Bukalah tahun baru ini dengan doa baru, dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan, karena pesta pora nan meriah hanya berlangsung di menit-menit pertama pukul 12 malam, setelah itu semua hilang begitu saja, tanpa bekas. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan euphoria tahun baru yang semu dengan pesta menggebu tanpa kenal waktu. Masukilah gerbang 2013 ini dengan doa, resolusi, persiapan matang untuk eksekusi resolusi, dan semangat baru. Buatlah 2013 ini berkesan, lebih bermanfaat dari tahun sebelumnya.
Tomorrow is the first blnak page of 365 page book. Write a good one –Brad Paisley. 
Happy New Year, pals!

2012-2013

           2013. Sebentar lagi. Banyak harapan dan cita-cita yang ditorehkan pada lembar “Resolusi 2013”. Termasuk saya. Entah mengapa, 2012 ini berlalu demikian cepat, secepat bulir air hujan yang jatuh ke bumi. Banyak hal yang membuat saya harus banyak berintrospeksi mengenai hidup yang terlalu mengalir bagai air, mengikuti arus hingga ke hilir. Mungkin saya adalah memiliki salah satu, salah dua, atau salah tiga dari mental blocking dalam merencanakan hidup ala @trainerlaris yaitu ragu pada diri sendiri, tergantung sama yang mudah, serta takut gagal dan kecewa karena ditolak. Bukannya tidak bersyukur. Saya sangat bersyukur atas kesempatan untuk hidup dan memberi manfaat walau sedikit kepada orang lain. Namun, ketidakdisiplinan dalam manajemen waktulah yang membuat seakan rencana tahun ini banyak yang tak terlaksana.
          Tahun 2012 ini, banyak hal yang patut saya syukuri. Lingkungan kerja yang kondusif walau banyak intrik menggelitik yang suka membuat saya mengurut dada. Proyek kecil-kecilan tentang perubahan budaya yang merupakan PR besar berkelanjutan melalui trigger lomba sederhana, menjadi pengalaman baru untuk saya. Kartu kewenangan K3, even that’s not my passion, it’s a responsibility. Kesempatan untuk bergabung di yayasan sosial TIN, jurusan kampus, walaupun bukan inisiator atau panitia inti, namun mudah-mudahan dapat membantu lebih banyak lagi.
Di tahun yang sama, terdapat banyak hal yang masih harus diperbaiki. Hal besar yang harus ditindaklanjuti adalah target resolusi 2012 yang terlalu muluk dan tak jelas how-to-achieve and goal-indicator. Hal ini tidak sesuai dengan konsep manajemen untuk mengimplementasikan suatu program, yaitu konsep Planning Organizing Actuating Controling dan Spesific Measurable Achievable Reasonable Time-Frame. Sebagai contoh : saya ingin mencapai score TOEFL 580. Usaha yang harus dilakukan adalah berlatih soal TOEFL dua kali seminggu. Indikator keberhasilannya adalah saya memiliki score TOEFL 580 pada akhir tahun 2012. Rencana yang saya tulis sebenarnya sudah menggambarkan target yang jelas. Demikian dengan indikator keberhasilannya. Namun yang perlu digarisbawahi disini adalah pada langkah usaha. Tergambar usaha yang dilakukan kurang spesifik, kurang terukur, serta tidak ada time-frame yang jelas. Bagaimana rencana dapat memenuhi target? Bagaimana indikator dapat dilihat? Itulah kekurangannya. Seharusnya, apabila ingin mencapai score TOEFL 580 pada akhir tahun 2012, langkah usaha yang harus dilakukan dibuat dalam suatu kolom yang terarah dan detail:


Planning
Due-Date
Steps-to-go
Indicator
Mencapai score TOEFL 580
20-12-2012
1.      Berlatih soal-soal TOEFL setiap hari Kamis dan Sabtu
2.      Mengadakan simulasi test TOEFL mandiri tiap akhir bulan
3.      Mendaftar dan mengikuti simulasi test TOEFL secara berkala, tiap 3 bulan sekali di Lembaga Bahasa
4.      Mengikuti test TOEFL tiap 6 bulan
1.       Grafik nilai simulasi TOEFL dan test TOEFL yang naik
2.       Mendapat score TOEFL 580 pada test TOEFL terakhir
 
2013 memang tinggal hitungan jam. Resolusi pun belum dibuat. Namun, apa artinya resolusi tanpa eksekusi? Hasil ditentukan oleh proses, karena hasil merupakan akibat dari proses sebab yang opsional.