Minggu, 26 Februari 2012

Empati


Empati sering disebut-sebut sebagai resonansi dari perasaan. Secara fisika berarti ikut bergetarnya suatu benda karena persamaan frekuensi. Dengan empati, seseorang akan membuat frekuensi perasaan dalam dirinya sama dengan frekuensi perasaan yang dirasakan orang lain sehingga ia turut bergetar, turut memahami, sekaligus merasakan apa yang dirasakan orang lain (Dhamas, Kompasiana 24 Oktober 2009).
Pertengahan Februari 2012
…Sejenak ku hirup nafas dalam-dalam berharap lelahnya hari dapat digantikan oleh manisnya red velvet layer cake yang telah tersedia dihadapanku. Ditemani dengan secangkir teh hitam pekat, aku menikmati suap demi suap dan seruput demi seruput kuliner khas barat tersebut sambil tetap mendengarkan curhatan tanteku mengenai seseorang.
Akhir Januari 2012
Tersebutlah seseorang yang ditempatkan sebagai subjek dalam cerita tanteku. Sebutlah namanya Apel Washington (meminjam istilah dari persidangan kasus korupsi wisma atlet). Dia memang memiliki segalanya. Rumah, mobil, dan segala tetek bengek keglamoran dunia dia miliki atas namanya sendiri. Tak dinyana, semua teman-temannya pun dekat dengannya, bahkan teman-temannya pun menganggapnya sebagai bos-nya geng ibu-ibu sosialita alias ibu-ibu gaoel. Walaupun terkesan jetset dan royal, dia tidak melupakan ibadahnya. Ia selalu berbagi kepada keluarga, teman-teman, dan orang-orang kurang beruntung di sekitarnya. Namun, manusia tetaplah manusia dengan segala kelebihan dan kekurangan didalamnya. Ada satu sifatnya yang secara tidak sadar telah dengan sukses menyakiti hati orang lain yang notabene adalah seseorang yang masih memiliki hubungan darah.
                Suatu hari, ia hendak membayar pajak mobilnya yang berjumlah 4. Karena di Indonesia telah diterapkan peraturan baru yaitu apabila satu orang memiliki lebih dari 2 mobil atas namanya, maka ia akan dikenakan pajak progresif. Hal inilah yang membuat ia, sang Apel Washington, meminjam KTP dan Kartu Keluarga milik saudaranya untuk dimasukkan dalam nama pemilik mobil keduanya. Dengan niat dan itikad baik untuk menolong, saudaranya pun meminjamkan KTP dan Kartu Keluarga dalam keadaan terbungkus rapi di dalam amplop coklat kemudian ia melancarkan aksi pembayaran pajak mobil. Setelah semua urusan pembayaran selesai, ia pun mengembalikan KTP dan Kartu Keluarga ke tempat kerja saudaranya. Namun, ia khilaf dan teledor. Ia mengembalikan melalui supirnya dan supirnya pun meng-estafet-kan kepada staf saudaranya dalam keadaan KTP dan Kartu Keluarga tidak terbungkus amplop. Ketika KTP dan kartu keluarga sampai ke tangan saudaranya, kontan saudaranya kaget dan tidak terima dengan sikap tidak menghargai identitas pribadi orang lain. Saudaranya pun mengejar supir sang Apel Washington dan menginterogasi perihal ketidaknyamanan tersebut. Supirnya hanya menjawab bahwa ia diperintah majikan a.k.a Apel Washington yang notabene ada di dalam mobil, tidak mau keluar menemui langsung saudaranya. Ketika dikonfirmasi, sang Apel Washington hanya menjawab dengan enteng bahwa amplopnya hilang, tanpa permintaan maaf dan tanpa rasa bersalah.
                                                                     ....
Etika dan empati, bagaikan pinang dibelah dua, terlihat mudah diaplikasikan sehingga banyak orang yang menyepelekannya bahkan melupakannya. Hal ini merupakan salah satu norma tak tertulis yang wajib kita patuhi dalam kehidupan sosial. Seringkali, karena ketidakpekaan kita terhadap perasaan orang lain, kita menyepelekan peran etika dan empati ketika sedang bercengkarama hingga meminta bantuan orang lain. Hal tersebut terjadi karena adanya ketidaksinkronan antara ego pribadi dan kepedulian atas perasaan orang lain. Mungkin untuk sebagian orang, KTP adalah kartu biasa layaknya kartu nama, kartu diskon, atau simcard handphone yang dapat dipindah tangankan secara mudah ke orang lain tanpa adanya privasi didalamnya. Namun, perlu diingat bahwa untuk orang yang umurnya tidak muda lagi namun belum diberi rizki pasangan hidup hingga detik ini, informasi tempat/tanggal lahir yang tercantum di KTP dan Kartu Keluarga adalah hal tabu untuk diketahui orang lain apalagi rekan kerja yang tidak terlalu dekat ataupun anak buah di tempat kerjanya.
 Cara mudah untuk mengaplikasikan rasa empati dan beretika adalah dengan berpikir sebelum bertindak dan melihat masalah dari sudut pandang yang lain. Tanpa maksud menggurui, coba kita introspeksi ke sekeliling, apakah kita termasuk orang yang merokok di dalam angkutan umum? atau apakah kita merupakan pengendara motor yang dengan santainya menggunakan trotoar untuk menghindari kemacetan? atau apakah ketika berkendara, kita tetap melaju dengan kencang di area zebra cross? Empati dan etika menunjukkan salah satu karakter dalam diri kita yang akan dinilai oleh orang lain. Tidak ada kebaikan yang tidak akan mendapatkan balasannya. Layaknya bercermin, bayangannya pun akan sama dengan aslinya. Ketika kita berempati kepada orang lain dengan peduli dan menghargai perasaannya, maka orang lain akan menilai plus terhadap etika kita. Ketika kita terus menerus menabung kebaikan dengan berempati dan beretika baik, just wait and see, other benevolences will come and help you up.

Minggu, 12 Februari 2012

You are the greatest love of all, dear Whitney Houston

"anak jalanan" (google.com)

"whitney houston" (google.com)
GREATEST LOVE OF ALL 

I believe the children are our future
Teach them well and let them lead the way
Show them all the beauty they possess inside
Give them a sense of pride to make it easier
Let the children's laughter remind us how we used to be
Everybody searching for a hero
People need someone to look up to
I never found anyone to fulfill my needs
A lonely place to be
So I learned to depend on me

[Chorus:]
I decided long ago, never to walk in anyone's shadows
If I fail, if I succeed
At least I live as I believe
No matter what they take from me
They can't take away my dignity
Because the greatest love of all
Is happening to me
I found the greatest love of all
Inside of me
The greatest love of all
Is easy to achieve
Learning to love yourself
It is the greatest love of all

I believe the children are our future
Teach them well and let them lead the way
Show them all the beauty they possess inside
Give them a sense of pride to make it easier
Let the children's laughter remind us how we used to be

[Chorus]

And if by chance, that special place
That you've been dreaming of
Leads you to a lonely place
Find your strength in love 

 This is one of a memorial song from Whitney Houston. From all of her master piece songs, Greatest Love Of All is my favorite. Greatest Love Of All has dedicated for all of people to love children because children is like a statue. We can shape them whatever we wanna be and the children will grow according to our creation. If parents influence a good circumstances, children will be a good person with a great personality and vice versa. If there are many street children, scavengers, and picpockets arounds us, who would be in charge to fix them all? RIP Whitney Houston, you are the greatest love of all. May your majestic song with touchable lyrics will be a tool to change the world, to love children and shape them into the greatest creation to demolish all of dark era of our nation

EMANSIPASI VERSI MILLENNIUM

                                                "Atas nama emansipasi" (google.com)

         Pernahkah anda (wanita) naik kendaraan umum, berdiri dari terminal/stasiun pertama hingga ke pemberhentian terakhir sedangkan di depan anda duduk seorang pria atau bapak yang tidur sepanjang jalan dengan posisi mulutnya menganga, menggunakan masker, atau berpura-pura tidur? Masyarakat yang tinggal di perkotaan yang malas untuk menyetir kendaraan pribadi pasti tidak lazim dengan pemandangan tersebut. Di kereta atau bus, setiap hari berkeliaran karakter tersebut.
           Zaman yang kian berkembang, harga yang kian membungbung, dan urbanisasi yang kian meningkat memaksa budaya untuk ikut tergerus mengikuti perubahan. Kita, orang timur yang notabene memiliki tingkat respect yang tinggi, seyogyanya mengikuti adat ketimuran kita dalam setiap nafas dan jejak langkah kehidupan kita. Termasuk dalam berkendara umum. Namun, contoh nyata diatas menunjukkan suatu pergeseran budaya yang drastis. Budaya tolong-menolong seolah hilang ditelan zaman. Budaya rimba “siapa cepat dia dapat-tak peduli orang lain” pun merajainya. Atas nama emansipasi. Itulah alasan mereka bertingkah laku seperti itu.
          Menurut kacamata saya, emansipasi mengacu pada persamaan derajat yang terjadi karena adanya perbedaan antar individu, kelompok, atau masyarakat. Di negara kita, emansipasi pertama kali dicetuskan ketika RA Kartini pada zamannya memperjuangkan persamaan derajat antara pria dan wanita dimana pada era tersebut, pria memiliki kesempatan lebih untuk mengenyam pendidikan, memanfaatkan intelegensinya untuk mengembangkan diri, hingga berkarir sedangkan wanita hanya diizinkan untuk beraktivitas di rumah dan dipingit untuk mempersiapkan diri menjadi seorang ibu yang mengabdi pada keluarga. Namun, setelah RA Kartini berjuang sepenuh hati dengan tekad membara, beliau pun mendedikasikan diri untuk membangun peradaban baru untuk meruntuhkan tembok-tembok pembatas pengembangan diri wanita. Peradaban tersebut bernama emansipasi.
           Emansipasi versi millennium pun berkembang sporadis dewasa ini. Emansipasi yang tidak lagi mengenal tingkat kesopanan atau rasa empati sesama manusia. Tengoklah kesekitar kita. Bergelut dengan kerasnya kehidupan demi mencari pundi-pundi rupiah, pria pun seolah mengabaikan adat untuk memuliakan sesama manusia khususnya wanita dan wanita pun seolah ingin menang sendiri dalam memanfaatkan fasilitas umum. Atas nama pepatah “waktu adalah pedang”, pengendara motor baik pria maupun wanita mengabaikan hak-hak pejalan kaki yaitu menyalip penjalan kaki dan mengendarai motor di trotoar. Atas nama “ingin mendapat tempat duduk” baik wanita maupun pria saling dorong dan sikut-sikutan di bus maupun di kereta yang baru datang. Atas nama “emansipasi dan tidak mau rugi” pria duduk dan tidur di kendaraan umum tidak peduli di depannya ada wanita berdiri dari awal hingga akhir pemberhentian, tanpa mau bergantian di tengah perjalanan. Walaupun hanya oknum pria dan oknum wanita yang bertingkah polah seperti ini.
          Tulisan ini hanyalah sebagai media untuk sharing mengenai kondisi riil negeri dari kacamata saya di tengah gejolak dan kerasnya hidup di perkotaan. Tidak ada maksud untuk mendiskreditkan suatu gender. Emansipasi seharusnya menjadi suatu pemicu semangat kita, para pria dan wanita, untuk berlomba-lomba menggapai kesuksesan tanpa mengabaikan nilai-nilai adat ketimuran kita yaitu saling tolong-menolong, sopan, dan beretika baik dimana pun kapan pun.