Sabtu, 25 Agustus 2012

Imaji

          Hari ini layaknya hari kemarin dan kemarinnya. Sinar mentari mengalahkan hembusan angin dini yang menembus rusuk. Menyesapkan rasa hangat ke dalam sukma. Kuhembuskan nafas dalam-dalam sambil melangkah keluar. Aku rebahkan badanku ke sofa coklat yang menjadi saksi bisu percakapan sunyi pagi hari. Kupandang dunia dengan penuh tanya tak bermakna. Mencari jawaban tak bertepi. Mencari pembenaran diri. Tentang fakta yang mengisi labirin pikiranku. Tentang rasa yang luar biasa yang terbang tak tentu arah tanpa menyisakan serpihan rindu. Pikiranku melayang memikirkan bingkai kenangan yang menjanjikan. Saat itu di perimpangan jalan. Aku melihat sekelebat sosok yang asing bagiku. Entah mengapa ia seolah menarikku. Beradu tatap menggetarkan jiwa. Membendung hening membekukan ingin. Semburat jingga melenakan masa. Sinarnya menebar hingga menorehkan cerita di benakku. Aku terpaku. Tak dapat berkata-kata. Pesonanya terlalu kuat bagai magnet. Namun aku tak dapat beranjak dari tempatku. Aku seperti patung yang tak bertuan. Sendiri menyesapi rasa yang entah kapan terucap. Tiap jengkal langkah adalah sebab. Namun aku tak berani memulai karena aku tak mengerti bagaimana cara mengakhirinya. Aku hanya berputar di antara semak belukar pikiran yang tak tentu arah. Mungkin dapat ke kanan atau ke kiri. Entahlah. Mengapa dia yang membuai hatiku? Apakah karena dia yang menjadi primadona kehidupanku? Atau dia adalah pilihan? Ah.. Aku tak mengerti. Aku jadi senang menerka-nerka. Apalagi kalau bukan tentang episode rindu itu. Rindu yang terserak membukit. Tanpa ada yang peduli.
         Aku beranikan diri untuk mengirimkan sinyal rasa. Walaupun aku tahu hanya ada dua pilihan. Ya atau tidak. Mungkin rasa ini terlalu berlebihan. Karena kasihnya terurai berlabuh di dermaga tiap hati. Menggelorakan harapan untuk menjadi kenyataan. Mendewakan rasa diatas logika. Ketika rasa ini diterjemahkan lewat kata. Mata-mata beradu kembali. Memaksa diafragma untuk mengeluarkan suara dan otak kanan untuk mengumpulkan frasa. Aku tak kuasa menahan jantung ini untuk tidak mengeluarkan gemuruh denyut yang bertubi-tubi. Otakku panas dan pening. Aku terlalu jauh berlari. Namun, apabila berhenti, apakah itu sama saja membunuh hatiku, membohongi pikiranku, menggantung rasa penasaranku, dan membakar mimpiku?  Ia membidikku cepat. Memberhentikan derap langkahku. Meninggalkan jejak kejut hingga ubun-ubun. Memecahkan kaca hatiku yang penuh dengan tanda tanya. Rasa panas tiba-tiba merasuk masuk ke dalam mataku. Kerongkonganku panas. Aku tercekat.
         Kalau boleh aku terjemahkan arti dari tatapanmu, aku ingin kau memberikan sebuncah rasa yang terserak abstrak dalam hatimu untuk aku torehkan menjadi konkrit.

Tradisi dan Idul Fitri

          THR. Tunjangan Hari Raya. Tunjangan Hura-Hura. Dan lain sebagainya. Hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh tiap insan menjelang hari raya lebaran. Tak peduli siapa dan apa pekerjaannya, semuanya berbondong-bondong merencanakan harus dihabiskan untuk apa THR tahun ini? Belanja keperluan lebaran dari kebutuhan primer hingga tersier. Tak ketinggalan berbagi kue, pakaian, bingkisan lebaran hingga bagi-bagi angpau ke saudara dan keponakan (meminjam tradisi masyarakat Tionghoa saat merayakan Imlek). Semua dilakukan untuk merayakan hari kemenangan setelah satu bulan penuh mengalahkan hawa nafsu. Namun apabila diresapi dan ditilik jauh ke dalam sukma, apakah kita sudah benar-benar menang sesuai syariat?                                         Tradisi, keyakinan, dan syariat merupakan tiga hal yang sering membuat orang salah kaprah. Sejak kita kecil, sadar ataupun tidak, kita sudah dilenakan oleh hadiah penghargaan diberikan ketika kita menggenapi sebulan ibadah puasa. Hadiah tersebut diberikan sebagai bentuk penghargaan kepada anak kecil yang sudah memulai ibadah puasa. Saya pun demikian. Dengan iming-iming satu hari puasa sampai magrib dibayar seribu rupiah, anak kecil sepantaran saya pun dengan semangat 45 menahan lapar dan haus sejak fajar menyingsing hingga semburat mega menjingga. Aktivitas barter puasa dengan sejumlah uang pun diimbangi dengan pemahaman tentang kewajiban menjalankan ibadah puasa bagi umat muslim yang beriman. Baik di rumah maupun di sekolah, tak henti-hentinya diingatkan tentang kewajiban dan keutamaan puasa di bulan Ramadhan. Hingga ala bisa karena biasa pun serta merta terpatri dalam hidup saya hingga sekarang. Ikhlas karena Allah SWT. Demikianlah sebuah proses transformasi dari pemikiran anak kecil, seiring bertambahnya kedewasaan, pemahaman pun berubah, menjadi lebih syariat sesuai perintah Allah secara kaffah. Tak ada artinya benda duniawi yang fana. Ridho Allah lebih mulia dan berharga. Namun, secara tak sadar, orang dewasa pun ternyata banyak yang tanpa sadar terbuai oleh harta yang ia gunakan ataupun ia bagikan. Mari kita bercermin dan lihat sekeliling ketika lebaran tiba. Pakaian baru dengan padu padan warna yang menawan. Gengsi dan malu rasanya apabila menggunakan pakaian yang sama dengan tahun lalu untuk bersilaturahmi mengunjungi sanak saudara, kerabat, dan tetangga. Pakaian baru pun seolah menjadi barang wajib ketika lebaran. Toko-toko pakaian pun serta merta mendukung gaya hidup tersebut dengan menyelenggarakan diskon besar-besaran hingga mid-night sale di akhir minggu. Orang-orang tak peduli dimana tinggalnya pun berjamaah belanja bersama memburu barang dengan diskon paling besar di toko tersebut. Rasanya seperti menang pertandingan sepakbola mengalahkan tim kelas kakap. Bahagia dan puas merajai hati. Tak hanya orang dewasa berduit yang hobi belanja pakaian baru lebaran, anak-anaknya pun secara tak langsung terdidik di alam bawah sadar mereka bahwa lebaran identik dengan pakaian baru. Padahal, lagu pun tak mengajarkan demikian. Baju baru alhamdulilah tuk dipakai di hari raya, tak punya pun tak apa-apa masih ada baju yang lama. Ya, pakaian boleh baru bila ada uangnya, namun apakah peralatan sholat yang jelas-jelas kita gunakan langsung untuk berinteraksi dengan Sang Maha Segalanya masih layak dan bersih? Apakah aktivitas menghabiskan uang tersebut mengorbankan waktu shalat wajib, sunnah, dan bertadarus? Tradisilah ternyata yang membuat kita khilaf akan tujuan sebenarnya. Selain itu, ketika lebaran kita dihadapkan juga dengan tradisi bagi-bagi angpau kepada saudara dan keponakan. Apabila uangnya ada ya tidak masalah. Namun, bagaimana bila ternyata uang yang ada di kantong pas-pasan dan atas nama gengsi ia paksakan untuk membagikan angpau? Kalang kabut pasti ceritanya. Atas nama tradisi pula yang membuat keikhlasan menjadi saru dan tujuan sedekah menjadi samar.
          Lebaran belum afdol kalau belum bertemu saudara dan bersilaturahmi. Dengan pakaian baru yang senada dengan tas dan sepatunya, berlenggok memamerkan mode pakaian ciptaan sendiri. Tak dinyana, sesi silaturahmi yang seharusnya diisi dengan saling memaafkan kesalahan dan menghapuskan penyakit hati yang terserak, kini berganti menjadi ajang pamer kekayaan. Rencana liburan ke negara ini dan itu, makan di resto kelas jenderal, hingga gadget teranyar dan tercanggih abad ini. Yang bercerita sangat bersemangat tanpa sadar bahwa semua cerita duniawi tersebut hanya titipan Sang Maha Kaya yang sedang menguji tingkat iman orang tersebut. Mungkin esok atau lusa Sang Maha Kaya dapat membalikkan keadaannya dan mencabut semua kepemilikannya tanpa permisi terlebih dahulu. Ia pun tak sadar ditengah diskusi tentang tetek bengek dunia, ia bersuudzan dengan kerabatnya. Di depan manis, di belakang mengiris. Entah berapa penyakit hati yang tanpa sadar terulang kembali. Semenit yang lalu memohon maaf, kini jatuh ke lubang dosa yang sama. Tanpa sadar, pahalanya mengalir berpindah ke objek penderita. Hukum Allah memang adil.
           Idul Ftri atau lebaran adalah hari kemenangan untuk hamba-hamba Allah yang beriman. Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, menahan hawa nafsu yang datang menggoda umat muslim untuk mengikuti ajakan setan, serta beramal sebanyak-banyaknya dengan ikhlas untuk menghadap ridho Allah. Namun, apabila kita bercermin dan merefleksikan keutamaan Ramadhan ke dalam kehidupan kita, apakah kita adalah Sang Pemenang dengan segala sikap yang secara tak sadar telah berbuat riya dan melukai hati orang lain di hari fitri? Hanya hati kecil yang tahu kebenaran hakiki yang menaungi episode hidup kita. Salah atau benar adalah hasil sedangkan hidup adalah proses perjalanan panjang yang dapat mendewasakan kita apabila kita mau berubah. Sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saya hanyalah manusia yang penuh dengan khilaf dan dosa.
            Happy Idul Fitri, Pals. Keep Ramadhan ways in every activities and be a winner.

Rabu, 15 Agustus 2012

Tentang Kita

 
          Hari itu hari senin. Aku melewati hari sendiri. Tanpa dirinya di sisi. Entah mengapa aku merasa sepi. Padahal aku pun tak tahu perasaan ini. Apakah ini cinta? Ataukah hanya bentuk pelarian semata? Atau aku hanya mengaguminya? Entahlah. Mungkin desiran angin dapat menyampaikan pesan abstrakku ini. Bahwa aku tak ingin segera pergi menyepi. Meninggalkan sejuta harapan akan kehangatan hati.
           Entah memang perasaan ini begitu menyiksaku..tiap malam hanya lagu yang menjadi teman kesendirianku..kadang aku seperti di persimpangan jalan,apa yang harus aku lakukan..apakah aku harus mengatakan semuanya ataukah akan aku simpan semua perasaan ini sendiri di dalam hatiku,yang tak tahu kapan akan meledak seperti bom waktu..
            Sendiri dan menunggu. Entah sampai kapan aku harus menyembunyikannya. Kata orang perempuan adalah makhluk yang pandai menyimpan perasaan. Mungkin ia tahu atau pura-pura tahu. Entahlah. Masih segar diingatanku tentang kenangan masa itu. Ketika aku pertama kali mengenalmu. Kamu menggetarkan hatiku dan seolah memberiku harapan besar akan kisah cinta. Namun, hingga detik ini aku tak tahu apakah kisah itu akan menjadi kenyataan manis? Atau kenyataan pahit yang aku dapatkan? Aku hanya ingin hatiku ada dihatinya.
             Aku kadang2 bertanya2 dalam hati, kenapa ada pertemuan, kalau ternyata perpisahan itu begitu menyakitkan..jawaban itu sampai sekarang belum pernah aku ketahui,tapi yang selalu aku sesalkan adalah bertemu dgn kamu,karena akhir yang harus aku alami dengan kamu hanyalah sebuah perpisahan..kau semakin menjauh,lama sekali lama tidak terlihat dan akhirnya menghilang bagaikan debu2 di udara..
             Kamu. Namamu selalu mengisi relung hatiku. Kau hadir di setiap nafasku, menggetarkan sendi-sendi ini, dan merasuk ke dalam sukmaku. Tiap hari denganmu adalah hadiah terindah dalam hidupku. Aku ingin sekali menggapaimu, berjanji 'tuk selalu ada di sisimu, dan menorehkan tinta bahagia diantara lembaran-lembaran hidupku yang kini abu-abu. Kalau saja dirimu memberikan kesempatan untukku sekali lagi. Aku ingin selalu ada disisimu dan memeluk hatimu. Sekali lagi.
             Kata orang,kau adalah anugerah terindah bagi diriku dan aku sangat percaya terhadap yang orag-orang  katakan..tidak ada yg dpt menggantikan engkau di dalam otak,pikiran dan hatiku setiap hari..tapi semua nya begitu cepat menghilang seperti desiran angin di padang gurun..sekarang aku hanya dpt memandang kosong orang-orang yg begitu luar biasa memuji pasangannya,karena engkau sudah tdk bersama aku lagi..
            Senja itu, aku duduk bersama dirimu. Memandang semburat jingga yang perlahan memudar. Sambil menatap lekat wajahmu, hatiku berharap dapat mengikat hatimu erat hingga akhir hayat. Senyum hangatmu berkilauan terpantul sinar lampu jalanan. Kenangan itu masih tersimpan manis di relung hatiku yang paling dalam. Aku harap dirimu pun begitu. Walau ikatan hatiku sudah kau lepas, namun memori tentang dirimu masih terbingkai indah di dalam hatiku yang paling dalam. Tak akan pudar. Hingga akhir waktu.
            Cinta,kata tersebut selalu saja sulit diartikan..segala sesuatu yg berhubungan dengan cinta,selalu saja orang menganggapnya itu indah..tapi,kenapa bagiku,cinta selalu berakhir dengan sesuatu yg tidak indah..aku setuju dengan pendapat orang lain,yang bilang cinta itu indah,manis,selalu berbunga-bunga..how sweet..itu awalnya..semakin cinta tumbuh menjadi besar,maka prinsip timbangan yang berlaku..yang indah dikalahkan oleh keributan,ketidakpercayaan,kebosanan dan hal-hal lain yg sangat tidak mengenakkan..kesimpulan akhirnya adalah semuanya berakhir dengan kesedihan..
            Pilu berbalut luka. Inilah kisahku. Tanpa banyak orang tahu bahwa aku masih mencintainya. Aku pendam segala rasa tentangnya yang luar biasa. Indah dikenang namun pahit diingat. Cinta memang memuakkan apabila memori tentang kesedihan dan perpisahan membuncah ruah memenuhi isi kepalaku. Aku tak ingin mengulang hari itu. Hari dimana dia meninggalkanku. Walaupun aku tahu nihil harapannya untuk menemuimu lagi, namun kelebat bayanganmu masih dapat menghibur masa  sepiku tanpamu.
            Jakarta, 15 agustus `12 (featuring @arandatk)