Minggu, 12 Mei 2013

Thailand #6 : Madame Tussaud – Chatuchak Weekend Market


Good morning, Bangkok! Sabai dee mai? (apa kabar?)

Pukul 05.30, matahari masih malu-malu untuk terbit. Lalu lintas sudah mulai terasa dan orang-orang pun mulai berdatangan ke BTS Station Phaya Thai. Karena lokasi kamar kami di lantai 2 dan jendela langsung menghadap ke arah jalanan, maka kami pun dapat memantau kondisi jalanan. Cuaca di Sabtu pagi ini agak mendung. Mungkin efek dari terik matahari yang tak ada ampun di hari-hari kemarin. Rekan saya masih terlelap dengan nikmat di dalam balutan selimut jadulnya. Saya sih, sudah bangun karena sehabis menunaikan shalat subuh, mata ini tak dapat terpejam kembali. Akhirnya saya memutuskan untuk membuka internet dari wifi hotel, dan berhasil..hore! Saya pun iseng membuka sosial media dan mengecek website madame tussaud yang rencananya akan saya kunjungi hari ini. Jujur, ini adalah kali pertama saya mengunjungi madame tussaud. Tiket yang ditawarkan pun ada 2 jenis yaitu tiket on the spot dan online. Harga tiket on the spot adalah 800 Baht setara dengan Rp. 280.000,- ya lebih mahal Rp. 30.000,- dari tiket Dufan sedangkan tiket online dapat didiskon hingga 50% namun pembayaran harus dengan credit card. Unfortunatelly, I don’t have any credit cards, so just buying on the spot ticket. Jam buka madame tussaud ini adalah pukul 10.00-18.00 tiap hari. Saya pun langsung berniat untuk menuju ke Siam Discovery yang menjadi lokasi madame tussaud. Pukul 08.00 saya pun segera berkemas. Tak lupa saya beritahu juga informasi ini ke rekan saya, but unfortunatelly, because of the ticket was so expensive, she deciced not to go there. Maybe, she’ll save money for others. I don’t know. Okay, I am not being influenced by her decision. I was on my way to go there as my plan. Pukul 09.00 kami turun ke lantai 1 untuk sarapan. Agak kaget sih melihat menu yang disajikan sangat minimalis dibandingkan hotel terdahulu. Nasi goreng, bubur (entah daging apa), ham (entah daging babi atau sapi), telur mata sapi setengah matang, roti, dan minuman. Saya pun memilih nasi goreng, telur mata sapi, setangkup roti, dan teh hangat. Lumayan cukuplah untuk sarapan. Memang ya harga tidak berbohong. Mungkin karena harga yang murah dan strategis, maka fasilitas yang ditawarkan pun tak terlalu muluk-muluk, hanya dalam batas cukup saja.
                Setelah sarapan, saya berpisah. Berbekal buku panduan wisata ke Thailand dan peta, saya naik ke Stasiun BTS Phaya Thai untuk pertama kalinya. Pembelian tiket dilakukan dengan otomatis dimana kita tinggal lihat tujuan BTSnya yang terpampang disebelah mesin tiket, lalu kita tekan tombol tujuan, dan masukkan koin seharga tiket, voila! Tiket pun otomatis keluar. Canggih sekali, bila dibandingkan dengan KRL di Indonesia. Di BTS ini disediakan juga loket dengan karyawan didalamnya, fungsinya adalah untuk penukaran uang kertas menjadi koin dan untuk informasi BTS bagi turis. Setelah tiket ditangan, maka langkah kedua adalah mencari rute rel yang akan saya naiki. Lalu, naik BTS deh. Di lantai stasiun di cat warna kuning yang berarti bahwa kita dilarang menginjak garis kuning tersebut. Kemudian, ada pula panah penunjuk arah yang berarti bahwa penumpang silakan mengantri di panah tersebut yang menandakan lokasi pintu BTS. Interior BTS sungguh memesona. Di tiap bagian pintu sebelah atas terdapat peta BTS yang memiliki lampu, lampu hijau adalah rute yang dilalui oleh BTS yang kita naiki, lampu merah adalah rute BTS lain, dan apabila kita sudah sampai di sebuah stasiun, maka lampu BTS di stasiun tersebut akan berkedip-kedip. Selain itu, ada pengumuman mengenai stasiun BTS yang dituju. Sebenarnya, tempat duduk di BTS ini mirip KRL ekonomi Bogor-Jakarta, namun lebih bersih dan rapi. Lantainya pun masih kinclong sekali, dan yang paling mendasar adalah tidak ada budaya dorong mendorong dan saling berebut tempat duduk seperti lazimnya penumpang KRL. Hahaha.
Phaya Thai BTS Station

Hello, BTS!
                Saya turun di stasiun Siam yang merupakan 1 stasiun setelah Phaya Thai. Stasiun BTS ini langsung terhubung dengan mall-mall disekitarnya yaitu Siam Centre yang didalamnya terhubung lagi dengan Siam Discovery. Saya pun dengan langkah seribu langsung menyerbu mall Siam Centre. Ya, seperti lazimnya mall di Jakarta layaknya Grand Indonesia penampakan Siam Centre ini. Namun, lebih sepi. Sambil mencari petunjuk ke Madame Tussaud, saya pun melirik kiri kanan, window shopping. Harga yang ditawarkan hampir sama seperti mall di Jakarta, kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Pukul 11.00 saya pun sampai di Madame Tussaud. Setelah membeli tiket, saya pun masuk ke dalamnya. Mesmerizingly, great! Saya disambut dengan patung lilin dengan kostum ala Thailand. Lalu, disambut pula dengan pose Raja Bhumibol Adulyade dan Ratu Sirikit. Masuk ke dalam, suasana agak lumayan sepi, saya pun melancarkan aksi foto sendiri. Walau hasilnya kurang bagus, namun lumayanlah, sambil sesekali curi pandang ke pengunjung lain siapa tahu bisa dimintakan bantuannya untuk mengambil foto saya. Eh, tak dinyana, ada pengunjung yang bisa diminta bantuannya. Ternyata, mereka pun berasal dari Indonesia. What a coincidence! Akhirnya beberapa foto diambil olehnya. Dia adalah Luki dan ibunya yang berasal dari Jakarta. Mereka backpacker ke Thailand berdua, tanpa ikut rombongan tour. Nice. Kemudian, saya pun jalan ke dalam lagi, eh ternyata ada orang Indonesia pula disini. Namanya Mbak Vida. Beliau pun bernasib sama dengan saya, pergi ke Madame Tussaud sendiri, dan mencari teman untuk melakukan pengambilan foto. What a second coincidence!! Akhirnya, kami berjalan berdua, saling memfotokan dan mengarahkan gaya masing-masing. Mulai dari Soekarno ,Obama, Oprah, hingga Angelina Jolie. Lumayan sekali, ternyata tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Sendiri hingga akhir perjalanan di museum. Di akhir perjalanan, kami pun masing-masing foto dengan aktor legendaris, Jackie Chan, mengenakan kostum ala China. Terakhir, kami pun mampir sebentar ke toko souvenir. Saya membeli gantungan kunci dan magnet untuk oleh-oleh. Huaah..puas!!
Between 2 world's leader

With Obama's

Interview with Oprah

With Jackie Chan in chinese costume

Madame Tussaud showed me her statue

                After Madame Tussaud, what next? Chatuchak Market for sure! Sebenarnya, saya berencana ke Chatuchak bersama rekan, namun entah kenapa saya telpon dan sms tidak ada respon, akhirnya saya dan Mbak Vida pun memutuskan untuk langsung pergi ke Chatuchak naik BTS Siam dan turun di Mo Chit Station. Hari semakin siang dan cuaca semakin terik membara. Kami putuskan untuk membeli payung untuk Mbak Vida sedangkan saya sendiri memang selalu membawa payung di tas. Destinasi pertama kami adalah penjual air mineral dingin seharga 10 Baht saja dilanjutkan dengan melihat-lihat baju dan mainan anak untuk anaknya Mbak Vida. Lalu, kami pun berhenti sebentar untuk membeli sticky rice with mango. Segarnya, tak terkalahkan oleh apapun. Barulah setelah itu, kami berjibaku mencari barang yang kami inginkan. Chatuchak Market ini hanya buka di akhir pekan saja. Disini terdapat lebih dari 8 ribu kios yang menjual bermacam barang mulai dari baju, aksesoris, sepatu, tas, makanan, minuman, dekorasi rumah, souvenir, dan lain sebagainya. Kami menyusuri gang demi gang, baju kaos beraneka model dan desain tersedia disini. 
An egde of Chatuchak Weekend Market
Saya pun kalap membeli 4 kaos dan 1 kemeja disini. Belum lagi makanan dan souvenir yang saya beli pula. Entah sudah menghabiskan berapa ribu baht saya disini. Yang jelas, seperti Pasar Pratuman, gairah berbelanja semakin menggelora mengalahkan rasa pegal yang kian menggerogoti. Kalau saja saya tak ingat kapasitas koper maksimal 20 kg, maka mungkin sampai tutup pun saya akan terus berjalan menyusuri kios demi kios. Hehe. Di sela belanja, kami makan siang di salah satu kedai di tengah pasar. Kami memesan soup noodle beef. Penjualnya pakai kerudung sehingga pastilah halal. Kami pun memesan minuman yang segar khas kedai tersebut yaitu ice longan tea. Hot meets ice were so heaven! Setelah kenyang, kami lanjutkan hingga hampir pukul 17.00. Tak terasa kira-kira 4 jam sudah kaki kami berjuang dalam gang sempit Chatuchak Market. Karena saya memang berniat ke MBK untuk membeli tas dan kaos (again) maka kami pun langsung tancap gas naik BTS. Di dalam BTS, kami berdiskusi dan bertanya ke penumpang (yang kami kira) penduduk Thailand tentang stasiun terdekat ke MBK. Tiba-tiba ada 2 turis (yang selanjutnya kami ketahui) berasal dari Inggris menawarkan untuk pergi bersama ke MBK karena mereka pun ternyata berniat untuk makan di MBK. Akhirnya, conversation pun dimulai, ya setidaknya mengasah kemampuan berbahasa inggris saya langsung dengan native speaker, gratis pula. Hehe. Hingga kami pun turun di stasiun berikutnya yaitu stasiun National Stadium. Disini, ada budaya yang baik untuk ditiru, yaitu tiap ada lagu kebangsaan diputar, siapapun baik itu orang asli Thailand atau turis, diwajibkan untuk berdiri diam hingga lagunya berakhir. Seperti suatu bentuk penghormatan kepada negara dan rajanya. Kami pun berjalan mengikuti ritme jalan cepat turis tersebut. Kami berpisah di pintu masuk MBK. Hope we’ll see you again next time. MBK telah kami tapak, tinggal mencari barang dan makanan yang akan kami beli. Saya pun mampir sebentar ke toko makanan untuk membeli beberapa keripik, buah tamarind, dan cabe kering Thailand. Guess what? Harganya lebih miring dari Chatuchak lho! Mungkin bila ingin membeli makanan khas Thailand untuk oleh-oleh, MBK-lah tempatnya. Namun untuk souvenir, kaos, dll Chatuchak, Pratunam, dan Platinumlah pilihannya. Kami membeli barang-barang yang kami inginkan. Saya dapat tas dan kaos, Mbak Vida dapat sepatu untuk anaknya. Hari semakin malam, namun karena weekend, MBK semakin ramai. Agar tidak terlalu malam sampai hotel, maka kami pun memutuskan untuk pulang naik BTS dan turun di Phaya Thai. Disana, kami berpisah, saya jalan kaki menuju hotel dan Mbak Vida naik taksi menuju hotelnya. But, we’ll keep contact each other thru whatsapp or line.Ah, hari Sabtu ini memang penuh dengan lika-liku. Tadinya sudah siap saja dengan kemungkinan jalan-jalan sendiri, namun ternyata, banyak teman dan kenalan baru yang datang. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Bila saya hanya mengikuti rekan saya untuk tidak ke Madame Tussaud, mungkin saya tidak akan pernah bertemu dengan Mbak Vida, merasakan seninya menawar di Chatuchak Market, hingga conversation gratis dengan native speaker dari Inggris. Yeah..satu kata untuk Sabtu ini, PUAS! Thanks for destiny, God. God is always good at all! =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do you think, guys?