Minggu, 10 Februari 2013

MEDAN #Part 1 : Taking-Off

          Seminggu kemarin, saya berkesempatan untuk menyambangi pulau seberang yang berlokasi di utara Indonesia, Sumatera Utara. Kunjungan ini bukan untuk liburan menghilangkan penat sesaat, namun dalam rangka tugas dinas luar kota untuk menyiapkan kondisi pabrik agar audit customer dari Mc Donald’s dapat berlangsung lancar sesuai persyaratan. Ini adalah kali kedua saya mengunjungi Medan. Sebelumnya, pada 2011 ketika berkesempatan untuk mendampingi para bos saat audit Halal. Kali ini, saya ditemani oleh rekan seprofesi. Karena, hanya ditemani oleh rekan kerja, tanpa bos, maka perjalanan kali ini terasa lebih santai, tanpa harus canggung, waktu pun kami atur sendiri tanpa harus ikut-ikut waktunya para bos. Yah, biasalah. Power Syndrom memang masih kental dalam suasana kerja dan ikut terbawa hingga kemana pun kita melangkah.
       Kami berangkat pada hari Senin, 4 Feb 2013 dengan waktu take-off pukul 07.55 WIB. Saya berangkat dari Bogor menuju bandara menggunakan Bus Damri pada pukul 04.45 WIB. Saya memang sengaja berangkat lebih pagi karena kondisi jalan yang tidak bisa diprediksi. Apalagi hari Senin. Apabila siang sedikit saja, macetnya sudah gila-gilaan. Kondisi jalan yang masih lengang, membuat saya sampai Terminal 2F pada pukul 06.35 WIB. Sambil menunggu rekan, saya mampir sebentar di salah satu resto fast-food terkenal. Bubur ayam dan teh panas, menjadi pembuka hari saya. Tepat pukul 07.15 WIB, rekan saya datang. Kami pun langsung check-in dan daftar bagasi. Kami mendapat seat di nomor 25 E-F. Saya request untuk duduk di dekat jendela agar dapat lebih dekat dengan ciptaan Tuhan, angkasa dan relief daratan. And the flying journey was begin.
            Langit,awan, udara, dan angin. Selama dua jam perjalanan, mereka yang menemani detik demi detik. Mungkin untuk mereka yang sering bolak-balik naik pesawat, pemandangan langit terasa sudah biasa. Tak ada istimewanya. Namun, untuk saya, seseorang yang sangat jarang dan bisa dihitung jari berkelana naik pesawat, pemandangan seperti ini adalah istimewa. Entah karena ke-lebay-an alam pikiran saya, atau memang kenyataan yang tak terelakkan, namun pagi itu saya merasa sangat dekat dengan Sang Pencipta. Lapis demi lapis awan terlewati, bentuk demi bentuk awan pun tersambangi. Ada satu awan yang menarik perhatian saya. Awan tersebut besar dan berbentuk seperti siluet. Siluet apakah? Tergantung imajinasi masing-masing. Imajinasi saya tersangkut pada bentuk boneka seperti Teddy Bear. Menggemaskan. Tanpa sadar saya tersenyum. Saat pesawat lepas landas dan semakin naik ke atas, mata saya tak berpaling dari kaca jendela. Mula-mula masih terlihat atap bangunan, kendaraan, dan kerimbunan pohon serta tumbuhan, lalu semakin kecil hingga mirip dengan permainan lego versi kota impian saat dilihat dari atas, kemudian semakin menghilang hingga tampaklah bentuk pulau Jawa yang kita tinggali setiap hari, lalu semakin tinggi dan semakin terlihatlah bentuk kepulauan Indonesia persis seperti gambar di peta atau google earth, kemudian daratan tampak seperti titik-titik kecil terus keatas hingga hanya tampak bagai butiran pasir di pantai dan terakhir debu yang sulit untuk ditangkap oleh pupil mata. Tinggallah hamparan awan yang pesawat pijak, bagai permadani kapas di cover album Katy Perry. Ketinggian baru mencapai 1.280 diatas permukaan laut dan daratan sudah tak terlihat. Apalagi manusia. Raga ini sangat kecil bila dibandingkan dengan kemegahan alam dan angkasa raya ini. Apakah kita masih pantas merasa sombong dan ingkar sedangkan ternyata kita masih lebih kecil dari debu bila dibandingkan dengan keagungan-Nya?
         Perjalanan pesawat ibarat perjalanan hati. Perjalanan melewati angkasa raya dan bertemu dengan lapisan awan tak terhingga, menyeruakkan hati untuk segera meneriakkan ucapan ‘Subhanallah!’ Sungguh tak ada alasan manusia untuk menyombongkan diri dan bertakabur atas kelebihan yang ia miliki. Bila Allah menghendaki, tiada daya upaya yang dapat manusia lakukan untuk berlindung, kecuali kepada-Nya. Hati adalah perisai jiwa dan perjalanan mendewasakan hati untuk segera bersujud, mensucikan diri. Pukul 09.45 WIB pesawat landing, mencapai daratan. Alhamdulliah, Bandara Polonia telah kami pijak. And Medan, here we come!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do you think, guys?