Seminggu kemarin, saya berkesempatan
untuk menyambangi pulau seberang yang berlokasi di utara Indonesia, Sumatera
Utara. Kunjungan ini bukan untuk liburan menghilangkan penat sesaat, namun
dalam rangka tugas dinas luar kota untuk menyiapkan kondisi pabrik agar audit
customer dari Mc Donald’s dapat berlangsung lancar sesuai persyaratan. Ini
adalah kali kedua saya mengunjungi Medan. Sebelumnya, pada 2011 ketika
berkesempatan untuk mendampingi para bos saat audit Halal. Kali ini, saya
ditemani oleh rekan seprofesi. Karena, hanya ditemani oleh rekan kerja, tanpa
bos, maka perjalanan kali ini terasa lebih santai, tanpa harus canggung, waktu
pun kami atur sendiri tanpa harus ikut-ikut waktunya para bos. Yah, biasalah. Power
Syndrom memang masih kental dalam suasana kerja dan ikut terbawa hingga
kemana pun kita melangkah.
Kami
berangkat pada hari Senin, 4 Feb 2013 dengan waktu take-off pukul 07.55 WIB.
Saya berangkat dari Bogor menuju bandara menggunakan Bus Damri pada pukul 04.45
WIB. Saya memang sengaja berangkat lebih pagi karena kondisi jalan yang tidak
bisa diprediksi. Apalagi hari Senin. Apabila siang sedikit saja, macetnya sudah
gila-gilaan. Kondisi jalan yang masih lengang, membuat saya sampai Terminal 2F
pada pukul 06.35 WIB. Sambil menunggu rekan, saya mampir sebentar di salah satu
resto fast-food terkenal. Bubur ayam dan teh panas, menjadi pembuka hari
saya. Tepat pukul 07.15 WIB, rekan saya datang. Kami pun langsung check-in
dan daftar bagasi. Kami mendapat seat di nomor 25 E-F. Saya request
untuk duduk di dekat jendela agar dapat lebih dekat dengan ciptaan Tuhan,
angkasa dan relief daratan. And the flying journey was begin.
Langit,awan,
udara, dan angin. Selama dua jam perjalanan, mereka yang menemani detik demi
detik. Mungkin untuk mereka yang sering bolak-balik naik pesawat, pemandangan
langit terasa sudah biasa. Tak ada istimewanya. Namun, untuk saya, seseorang
yang sangat jarang dan bisa dihitung jari berkelana naik pesawat, pemandangan
seperti ini adalah istimewa. Entah karena ke-lebay-an alam pikiran saya, atau
memang kenyataan yang tak terelakkan, namun pagi itu saya merasa sangat dekat
dengan Sang Pencipta. Lapis demi lapis awan terlewati, bentuk demi bentuk awan
pun tersambangi. Ada satu awan yang menarik perhatian saya. Awan tersebut besar
dan berbentuk seperti siluet. Siluet apakah? Tergantung imajinasi
masing-masing. Imajinasi saya tersangkut pada bentuk boneka seperti Teddy Bear.
Menggemaskan. Tanpa sadar saya tersenyum. Saat pesawat lepas landas dan semakin
naik ke atas, mata saya tak berpaling dari kaca jendela. Mula-mula masih
terlihat atap bangunan, kendaraan, dan kerimbunan pohon serta tumbuhan, lalu
semakin kecil hingga mirip dengan permainan lego versi kota impian saat dilihat
dari atas, kemudian semakin menghilang hingga tampaklah bentuk pulau Jawa yang
kita tinggali setiap hari, lalu semakin tinggi dan semakin terlihatlah bentuk
kepulauan Indonesia persis seperti gambar di peta atau google earth,
kemudian daratan tampak seperti titik-titik kecil terus keatas hingga hanya
tampak bagai butiran pasir di pantai dan terakhir debu yang sulit untuk
ditangkap oleh pupil mata. Tinggallah hamparan awan yang pesawat pijak, bagai
permadani kapas di cover album Katy Perry. Ketinggian baru mencapai
1.280 diatas permukaan laut dan daratan sudah tak terlihat. Apalagi manusia. Raga
ini sangat kecil bila dibandingkan dengan kemegahan alam dan angkasa raya ini.
Apakah kita masih pantas merasa sombong dan ingkar sedangkan ternyata kita
masih lebih kecil dari debu bila dibandingkan dengan keagungan-Nya?
Perjalanan
pesawat ibarat perjalanan hati. Perjalanan melewati angkasa raya dan bertemu
dengan lapisan awan tak terhingga, menyeruakkan hati untuk segera meneriakkan
ucapan ‘Subhanallah!’ Sungguh tak ada alasan manusia untuk menyombongkan diri
dan bertakabur atas kelebihan yang ia miliki. Bila Allah menghendaki, tiada
daya upaya yang dapat manusia lakukan untuk berlindung, kecuali kepada-Nya.
Hati adalah perisai jiwa dan perjalanan mendewasakan hati untuk segera
bersujud, mensucikan diri. Pukul 09.45 WIB pesawat landing, mencapai
daratan. Alhamdulliah, Bandara Polonia telah kami pijak. And Medan, here we
come!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?