Senin, 31 Desember 2012

Tahun Baru

“Awali tahun baru dengan hal baik, niscaya akan banyak keberkahan mengalir didalamnya”
                What’s your resolution, guys? I bet every of you has decided what will you do tomorrow, the day after tomorrow, and so on. Sebagai seorang yang baru menapaki dunia perindustrian, banyak hal menjadi poin pembelajaran bagi saya. Salah satunya adalah mengenai ISO dengan segala tetek bengek didalamnya. Dalam ISO ada istilah Quality Management Program atau istilah dalam klausulnya adalah sasaran mutu perusahaan yang berisi tentang program dan target per departemen yang harus dicapai per bulan dalam jangka waktu 1 tahun. Evaluasi dari sasaran mutu ini akan didiskusikan pada Rapat Tinjauan Manajemen tiap 6 bulan sekali. Lalu apa hubungannya dengan tahun baru? Yeay! Tahun baru menjadi awal mula dalam babak baru percaturan kehidupan selama 365 hari. Tahun baru pun juga menjadi titik awal dan akhir tahun menjadi titik akhir keberhasilan suatu rencana. Program-program yang direncanakan sering disebut sebagai resolusi. Apabila suatu industri yang notabene memproduksi suatu barang saja harus memiliki program pencapaian, apalagi manusia yang hidup secara dinamis? Apabila sasaran mutu saja harus memiliki target dan evaluasi, apalagi resolusi hidup manusia? Demikianlah hubungannya. Saling berkaitan, walau beda objek namun satu tujuan.
            Tahun baru selain disibukkan dengan merangkai semua program hidup setahun kedepan, juga identik dengan perayaan pesta pora nan meriah. Lihat saja di sekeliling. Semua lapisan masyarakat dari anak-anak hingga orang tua semua tertawa menyambut datangnya bulan baru, tahun baru. Petasan, kembang api aneka jenis, makanan ala barbeque, hingga terompet pun dijual dimana-mana seolah mengundang tiap mata untuk mampir sebentar dan membelinya. Belum lagi acara musik di tiap sudut kota yang dimeriahkan oleh para penyanyi dari selebritis-kurang-terkenal hingga artis papan atas, dari panggung di lapangan sepak bola hingga panggung megah di convention centre. Jalanan pun semakin macet. Namun, tak menyurutkan semangat pesta pora menunggu pukul 12 malam, saat pergantian. Itulah sekelumit fakta, refleksi dalam adaptasi budaya.
           Apabila ditilik lebih jauh, apakah tahun baru harus dirayakan dengan pesta pora nan meriah? Apakah harus ada suara terompet, petasan, dan kembang api yang berpendar, bersuara nyaring mengganggu istirahat tetangga kita? Apakah harus diisi dengan begadang, convoy, berjalan-jalan tanpa arah tujuan, hanya karena ikut-ikutan menyumbang andil dalam kemacetan jalanan? Bagi saya, malam tahun baru ya sama dengan malam-malam biasanya. Perbedaannya adalah pada perhitungan waktunya saja. Pada tahun baru, waktu diasumsikan dihitung dari awal. Semua harapan, cita-cita, dan rencana ditulis kembali, dingatkan kembali. Layaknya bayi yang baru lahir ke bumi, demikian halnya dengan tahun baru. Seyogyanya, menurut saya pribadi, tahun baru memang harus dirayakan dengan suka cita. Namun, jangan berlebihan hingga lupa semua hal yang bersifat spiritual. Bukalah tahun baru ini dengan doa baru, dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan, karena pesta pora nan meriah hanya berlangsung di menit-menit pertama pukul 12 malam, setelah itu semua hilang begitu saja, tanpa bekas. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan euphoria tahun baru yang semu dengan pesta menggebu tanpa kenal waktu. Masukilah gerbang 2013 ini dengan doa, resolusi, persiapan matang untuk eksekusi resolusi, dan semangat baru. Buatlah 2013 ini berkesan, lebih bermanfaat dari tahun sebelumnya.
Tomorrow is the first blnak page of 365 page book. Write a good one –Brad Paisley. 
Happy New Year, pals!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do you think, guys?