“Awali tahun baru dengan hal baik, niscaya akan banyak keberkahan mengalir didalamnya”
What’s
your resolution, guys? I bet every of you has decided what will you do
tomorrow, the day after tomorrow, and so on. Sebagai seorang yang baru
menapaki dunia perindustrian, banyak hal menjadi poin pembelajaran bagi saya.
Salah satunya adalah mengenai ISO dengan segala tetek bengek didalamnya. Dalam
ISO ada istilah Quality Management Program atau istilah dalam klausulnya adalah
sasaran mutu perusahaan yang berisi tentang program dan target per departemen
yang harus dicapai per bulan dalam jangka waktu 1 tahun. Evaluasi dari sasaran
mutu ini akan didiskusikan pada Rapat Tinjauan Manajemen tiap 6 bulan sekali.
Lalu apa hubungannya dengan tahun baru? Yeay! Tahun baru menjadi awal mula
dalam babak baru percaturan kehidupan selama 365 hari. Tahun baru pun juga
menjadi titik awal dan akhir tahun menjadi titik akhir keberhasilan suatu
rencana. Program-program yang direncanakan sering disebut sebagai resolusi.
Apabila suatu industri yang notabene memproduksi suatu barang saja harus
memiliki program pencapaian, apalagi manusia yang hidup secara dinamis? Apabila
sasaran mutu saja harus memiliki target dan evaluasi, apalagi resolusi hidup
manusia? Demikianlah hubungannya. Saling berkaitan, walau beda objek namun satu
tujuan.
Tahun
baru selain disibukkan dengan merangkai semua program hidup setahun kedepan,
juga identik dengan perayaan pesta pora nan meriah. Lihat saja di sekeliling.
Semua lapisan masyarakat dari anak-anak hingga orang tua semua tertawa
menyambut datangnya bulan baru, tahun baru. Petasan, kembang api aneka jenis,
makanan ala barbeque, hingga terompet pun dijual dimana-mana seolah mengundang
tiap mata untuk mampir sebentar dan membelinya. Belum lagi acara musik di tiap
sudut kota yang dimeriahkan oleh para penyanyi dari selebritis-kurang-terkenal
hingga artis papan atas, dari panggung di lapangan sepak bola hingga panggung
megah di convention centre. Jalanan pun semakin macet. Namun, tak
menyurutkan semangat pesta pora menunggu pukul 12 malam, saat pergantian.
Itulah sekelumit fakta, refleksi dalam adaptasi budaya.
Apabila
ditilik lebih jauh, apakah tahun baru harus dirayakan dengan pesta pora nan
meriah? Apakah harus ada suara terompet, petasan, dan kembang api yang
berpendar, bersuara nyaring mengganggu istirahat tetangga kita? Apakah harus
diisi dengan begadang, convoy, berjalan-jalan tanpa arah tujuan, hanya karena
ikut-ikutan menyumbang andil dalam kemacetan jalanan? Bagi saya, malam tahun
baru ya sama dengan malam-malam biasanya. Perbedaannya adalah pada perhitungan
waktunya saja. Pada tahun baru, waktu diasumsikan dihitung dari awal. Semua
harapan, cita-cita, dan rencana ditulis kembali, dingatkan kembali. Layaknya
bayi yang baru lahir ke bumi, demikian halnya dengan tahun baru. Seyogyanya,
menurut saya pribadi, tahun baru memang harus dirayakan dengan suka cita.
Namun, jangan berlebihan hingga lupa semua hal yang bersifat spiritual. Bukalah
tahun baru ini dengan doa baru, dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan,
karena pesta pora nan meriah hanya berlangsung di menit-menit pertama pukul 12
malam, setelah itu semua hilang begitu saja, tanpa bekas. Oleh karena itu, berhati-hatilah
dengan euphoria tahun baru yang semu dengan pesta menggebu tanpa kenal waktu.
Masukilah gerbang 2013 ini dengan doa, resolusi, persiapan matang untuk
eksekusi resolusi, dan semangat baru. Buatlah 2013 ini berkesan, lebih
bermanfaat dari tahun sebelumnya.
Tomorrow is the
first blnak page of 365 page book. Write a good one –Brad Paisley.
Happy
New Year, pals!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?