5 cm adalah novel best-seller
karya penulis kawakan, Donny Dhirgantoro, yang menceritakan tentang persahabatan
5 anak muda yang baru saja lulus kuliah dan menjadi sarjana. Mereka kemudian
meniti karier di bidang masing-masing walaupun ada 1 orang dari mereka yang
belum menamatkan kuliahnya. 5 orang tersebut, Genta sebagai pemimpin genk; Arial sebagai anggota
berbadan kekar, sangar, namun terlalu cuek untuk urusan hati; Ian sebagai
anggota paling makmur dan subur fisiknya namun tidak dengan perkuliahannya.
Dibandingkan dengan anggota lain, Ian paling telat lulusnya; Zafran sebagai
anggota yang paling puitis dengan sejuta puisi cinta yang selalu menggebu-gebu
terhembus dari mulutnya; Riani sebagai anggota tercantik karena ia adalah
satu-satunya perempuan dalam genk tersebut. Kelima sahabat tersebut telah 10
tahun bersama. Mereka menghabiskan akhir pekan bersama dengan kegiatan yang
monoton, kalau ga makan dan ngobrol ya nonton. Pada suatu malam, Genta mengungkapkan
idenya untuk merencanakan sebuah perjalanan yang tak akan pernah terlupakan.
Namun syaratnya adalah mereka tidak boleh berkomunikasi selama 3 bulan. No
phones, no messages, no weekend together. And the story had begun magnificently.
Dalam
film arahan Hanung Bramantyo ini, plot cerita yang hidup baru dimulai ketika
mereka bertemu di Stasiun Senen menuju Malang dimana mereka memulai menyusuri
perjalanan baru menuju puncak Semeru. Alur cerita pun mengalir indah bak
pemandangan Semeru yang disuguhkan di sepanjang jalan. Walaupun saya belum
pernah menginjakkan kaki ke daerah tersebut, namun saya terbuai dan terbawa
suasana sendu ala pegunungan yang menawarkan sejuta pesona alam yang tak akan
pernah dapat disandingkan dengan kemegahan kota besar. Surgawi. Petualangan pun
dimulai dengan berbagai hambatan yang satu persatu datang, menguji pembuktian
kekokohan kekuatan persahabatan antara mereka. Cobaan yang sebenarnya pun
datang saat mereka berlima memanjat ke puncak Mahameru, puncak tertinggi
dataran Jawa. Dengan suhu dibawah nol derajat, asap vulkanik yang membuat dada sesak,
serta terjalnya medan dengan kondisi pijakan yang labil membuat mereka harus
ekstra keras memanjat demi menggapai asa bersama, menuju puncak Mahameru.
Disinilah ujian yang sebenarnya datang menjelang. Batu besar tiba-tiba jatuh
menggelinding ke arah mereka. Dua diantara mereka sedang tidak awas sehingga
batu pun menimpa bagian kepala dan mereka jatuh menggulung, pingsan. Suasana
menegangkan tercipta disini. Walaupun sudah tahu endingnya, namun suasana yang
ditimbulkan dari adegan ini sukses membuat sebagian besar penonton berdebar.
Apakah impian mereka berubah menjadi malapetaka yang serta merta menggoyahkan
kekuatan cinta persabahatan? Akting yang menawan dibumbui kekocakan ala Igor ‘Saikoji’
pun sukses menggelitik 1.500 syaraf dan otot melawan gravitasi, terbahak.
Langkah mereka dilanjutkan kembali hingga sampai ke Mahameru, negeri diatas
awan. Disana, tepat 17 Agustus, mereka mengumandangkan impian dengan lantang di
depan Sang Saka Merah Putih.
“Mimpi-mimpi
kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia
menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan
pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari,
kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apapun hambatannya, bilang
sama diri sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa
menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan
mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita,
keyakinan diri. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening
kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh
dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang
akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke
atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan
bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa. Dan
kamu akan dikenang sebagai seseorang yang masih punya mimpi dan keyakinan,
bukan cuma seonggok daging yang punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang
yang percaya akan kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja.
Bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh
keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya akan keajaiban mimpi, keajaiban
cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan
angka berapapun. Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan
terwujud nantinya, karena kamu hanya harus mempercayainya, percaya pada 5
centimeter di depan kening kamu.”
Semangat
anak muda, pantang menyerah merajut impian besar, semua tersalurkan dari lima
nafas sahabat sejati. Gelombang energi nasionalisme terpancar jelas, menyesap menggebu
batin untuk mengamini tiap pengakuan kelima sahabat di puncak Mahameru. Tak
terasa dada ini semakin sesak, seakan hati ini protes untuk segera melafalkan
impian yang belum kesampaian. Saya akui, 5 cm ini film yang insprirasional yang
disuguhkan secara menawan bagi anak muda yang sedang ranum-ranumnya mengejar
mimpi dan mewujudkannya, menjadi seorang yang besar dan bermanfaat. Akting yang
disuguhkan dari tiap detil adegan telah menggambarkan sebagian besar suasana
alur cerita dalam novel, walaupun pasti tidak akan sama 100% karena antara film
dan novel pasti selalu ada gap baik dari feeling the rhythm of plots
maupun willing an unexpected ending. Sebagai contoh, yaitu adegan dimana
otak mesum sang Zafran membayangkan underwear yang digunakan oleh
Arinda, adik Arial. Memang mengundang tawa, namun sepertinya humor tersebut
agak murahan. Kemudian, rumah Arial yang digambarkan sangat mewah bak hotel kurang
sesuai dengan ekspektasi saya. Saya membayangkan rumah Arial yang digunakan
untuk berkumpul 5 sahabat ini lebih sederhana ala anak muda menengah Jakarta. Namun
demikian, pesan yang disampaikan oleh film dan novel sama-sama tepat pada
targetnya, menyentuh hati kecil para penonton dari semua kalangan.
Saya
sangat mengapresiasi karya film inspirasional nasionalis seperti 5 cm ini. Di
zaman yang semakin terbuka dan demokratis ini, praktis elemen masyarakat
seperti Ian, mencari duniawi hingga ke luar negeri. Namun, sebagian besar
diantara mereka, tak mau pulang kembali ke tanah air, karena tawaran yang lebih
menghasilkan uang dibandingkan di Indonesia. Kemudian, pemerintahan yang jauh
dari harapan, kesemrawutan jalan yang membuat stress, serta sampah menggunung
dimana-mana memang jadi salah beberapa dari sejuta alasan kita untuk
meninggalkan. Manusiawi memang, namun bila ditilik lebih ke dalam nurani,
apabila para anak muda harapan bangsa pergi jauh ke negeri seberang, mau jadi
apa negeri tumpah darah ini? Saya pun jadi teringat kata-kata Ian di Mahameru. “Gue
ga jadi deh ke Manchester. Ternyata lebih enak ya tinggal di Indonesia. Gue
lahir disini, make tanahnya, minum airnya, masa gue ga ada terima kasihnya sama
Indonesia”. Mimpi besar memang wajib terwujudkan. Dengan keinginan keras
menggantung 5 centimeter pada kening, usaha yang lebih keras, serta doa yang
tak henti dilafalkan, semesta akan berkonspirasi untuk menghadiahkan sebuah
kata sukses dalam goresan hidup. Namun itu belum cukup. Rasa nasionalisme dan
azas kebermanfaatan bagi sesama pun harus hadir dalam hati. Agar seimbang
antara duniawi dan nurani.
Akhir kata, saya
sangat merekomendasikan kamu untuk menonton 5 cm pada penghujung tahun 2012
ini. Lihat mimpimu, goreskan, dan wujudkan. Di puncak Mahameru, sebuah
pengukuhan tentang mimpi, persahabatan, dan nasionalisme terakui sudah.
“Yang berani nyela Indonesia,
ribut sama gue!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?