Senin, 31 Desember 2012

5 cm : Sebuah Pengukuhan Mimpi dan Persahabatan

         5 cm adalah novel best-seller karya penulis kawakan, Donny Dhirgantoro, yang menceritakan tentang persahabatan 5 anak muda yang baru saja lulus kuliah dan menjadi sarjana. Mereka kemudian meniti karier di bidang masing-masing walaupun ada 1 orang dari mereka yang belum menamatkan kuliahnya. 5 orang tersebut, Genta  sebagai pemimpin genk; Arial sebagai anggota berbadan kekar, sangar, namun terlalu cuek untuk urusan hati; Ian sebagai anggota paling makmur dan subur fisiknya namun tidak dengan perkuliahannya. Dibandingkan dengan anggota lain, Ian paling telat lulusnya; Zafran sebagai anggota yang paling puitis dengan sejuta puisi cinta yang selalu menggebu-gebu terhembus dari mulutnya; Riani sebagai anggota tercantik karena ia adalah satu-satunya perempuan dalam genk tersebut. Kelima sahabat tersebut telah 10 tahun bersama. Mereka menghabiskan akhir pekan bersama dengan kegiatan yang monoton, kalau ga makan dan ngobrol ya nonton. Pada suatu malam, Genta mengungkapkan idenya untuk merencanakan sebuah perjalanan yang tak akan pernah terlupakan. Namun syaratnya adalah mereka tidak boleh berkomunikasi selama 3 bulan. No phones, no messages, no weekend together. And the story had begun magnificently.
           Dalam film arahan Hanung Bramantyo ini, plot cerita yang hidup baru dimulai ketika mereka bertemu di Stasiun Senen menuju Malang dimana mereka memulai menyusuri perjalanan baru menuju puncak Semeru. Alur cerita pun mengalir indah bak pemandangan Semeru yang disuguhkan di sepanjang jalan. Walaupun saya belum pernah menginjakkan kaki ke daerah tersebut, namun saya terbuai dan terbawa suasana sendu ala pegunungan yang menawarkan sejuta pesona alam yang tak akan pernah dapat disandingkan dengan kemegahan kota besar. Surgawi. Petualangan pun dimulai dengan berbagai hambatan yang satu persatu datang, menguji pembuktian kekokohan kekuatan persahabatan antara mereka. Cobaan yang sebenarnya pun datang saat mereka berlima memanjat ke puncak Mahameru, puncak tertinggi dataran Jawa. Dengan suhu dibawah nol derajat, asap vulkanik yang membuat dada sesak, serta terjalnya medan dengan kondisi pijakan yang labil membuat mereka harus ekstra keras memanjat demi menggapai asa bersama, menuju puncak Mahameru. Disinilah ujian yang sebenarnya datang menjelang. Batu besar tiba-tiba jatuh menggelinding ke arah mereka. Dua diantara mereka sedang tidak awas sehingga batu pun menimpa bagian kepala dan mereka jatuh menggulung, pingsan. Suasana menegangkan tercipta disini. Walaupun sudah tahu endingnya, namun suasana yang ditimbulkan dari adegan ini sukses membuat sebagian besar penonton berdebar. Apakah impian mereka berubah menjadi malapetaka yang serta merta menggoyahkan kekuatan cinta persabahatan? Akting yang menawan dibumbui kekocakan ala Igor ‘Saikoji’ pun sukses menggelitik 1.500 syaraf dan otot melawan gravitasi, terbahak. Langkah mereka dilanjutkan kembali hingga sampai ke Mahameru, negeri diatas awan. Disana, tepat 17 Agustus, mereka mengumandangkan impian dengan lantang di depan Sang Saka Merah Putih.
           Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apapun hambatannya, bilang sama diri sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa. Dan kamu akan dikenang sebagai seseorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seonggok daging yang punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya akan kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja. Bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya akan keajaiban mimpi, keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapapun. Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya, karena kamu hanya harus mempercayainya, percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu.”
       Semangat anak muda, pantang menyerah merajut impian besar, semua tersalurkan dari lima nafas sahabat sejati. Gelombang energi nasionalisme terpancar jelas, menyesap menggebu batin untuk mengamini tiap pengakuan kelima sahabat di puncak Mahameru. Tak terasa dada ini semakin sesak, seakan hati ini protes untuk segera melafalkan impian yang belum kesampaian. Saya akui, 5 cm ini film yang insprirasional yang disuguhkan secara menawan bagi anak muda yang sedang ranum-ranumnya mengejar mimpi dan mewujudkannya, menjadi seorang yang besar dan bermanfaat. Akting yang disuguhkan dari tiap detil adegan telah menggambarkan sebagian besar suasana alur cerita dalam novel, walaupun pasti tidak akan sama 100% karena antara film dan novel pasti selalu ada gap baik dari feeling the rhythm of plots maupun willing an unexpected ending. Sebagai contoh, yaitu adegan dimana otak mesum sang Zafran membayangkan underwear yang digunakan oleh Arinda, adik Arial. Memang mengundang tawa, namun sepertinya humor tersebut agak murahan. Kemudian, rumah Arial yang digambarkan sangat mewah bak hotel kurang sesuai dengan ekspektasi saya. Saya membayangkan rumah Arial yang digunakan untuk berkumpul 5 sahabat ini lebih sederhana ala anak muda menengah Jakarta. Namun demikian, pesan yang disampaikan oleh film dan novel sama-sama tepat pada targetnya, menyentuh hati kecil para penonton dari semua kalangan.
           Saya sangat mengapresiasi karya film inspirasional nasionalis seperti 5 cm ini. Di zaman yang semakin terbuka dan demokratis ini, praktis elemen masyarakat seperti Ian, mencari duniawi hingga ke luar negeri. Namun, sebagian besar diantara mereka, tak mau pulang kembali ke tanah air, karena tawaran yang lebih menghasilkan uang dibandingkan di Indonesia. Kemudian, pemerintahan yang jauh dari harapan, kesemrawutan jalan yang membuat stress, serta sampah menggunung dimana-mana memang jadi salah beberapa dari sejuta alasan kita untuk meninggalkan. Manusiawi memang, namun bila ditilik lebih ke dalam nurani, apabila para anak muda harapan bangsa pergi jauh ke negeri seberang, mau jadi apa negeri tumpah darah ini? Saya pun jadi teringat kata-kata Ian di Mahameru. “Gue ga jadi deh ke Manchester. Ternyata lebih enak ya tinggal di Indonesia. Gue lahir disini, make tanahnya, minum airnya, masa gue ga ada terima kasihnya sama Indonesia”. Mimpi besar memang wajib terwujudkan. Dengan keinginan keras menggantung 5 centimeter pada kening, usaha yang lebih keras, serta doa yang tak henti dilafalkan, semesta akan berkonspirasi untuk menghadiahkan sebuah kata sukses dalam goresan hidup. Namun itu belum cukup. Rasa nasionalisme dan azas kebermanfaatan bagi sesama pun harus hadir dalam hati. Agar seimbang antara duniawi dan nurani.
Akhir kata, saya sangat merekomendasikan kamu untuk menonton 5 cm pada penghujung tahun 2012 ini. Lihat mimpimu, goreskan, dan wujudkan. Di puncak Mahameru, sebuah pengukuhan tentang mimpi, persahabatan, dan nasionalisme terakui sudah.
         “Yang berani nyela Indonesia, ribut sama gue!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do you think, guys?