Sedang apa dan dimana dirimu yang dulu ku cinta
Ku tak tahu tak lagi tahu seperti waktu dulu
Apakah mungkin bila kini ku ingin kembali
Menjalani janji hati kita (by Sammy)
Ku tak tahu tak lagi tahu seperti waktu dulu
Apakah mungkin bila kini ku ingin kembali
Menjalani janji hati kita (by Sammy)
Aku memulai awal minggu dengan kecemasan tak bertepi dan keringat dingin yang mengalir di pipi. Hari ini adalah hari pertamaku meninggalkan rumah dengan sejuta kewaspadaan akan keadaan di dalamnya. Bukan, bukan karena rumahku berada di kawasan elite yang menjadi incaran oknum-oknum nakal yang lazim dipanggil dengan sebutan maling. Bukan pula karena chip yang disembunyikan di dalam rumahku seperti kisahnya Macaulay Culkin di film Home Alone. Namun, ada satu hal yang membuat pikiranku tak tenang menghitung hari untuk kembali lagi ke hari Sabtu. Dia. Karena dia.
…
Aku pun tak tahu persisnya aku bisa berkenalan akrab dengan dia. Seingatku, pada saat aku masih duduk di bangku kuliah, kala itu subuh menjelang dan aku masih masih terjaga mengerjakan tugas-tugas yang membuat kepalaku mau pecah dan mataku pedas. Sayup-sayup terdengar suara memelas dari arah depan rumahku. Suara tersebut lambat laun makin keras dan berulang sehingga mengganggu konsentrasiku, namun aku masih bertahan karena biasanya lama kelamaan suara gangguan tersebut akan hilang dengan sendirinya. Namun, ibuku gemas mendengar suara tersebut dan menyuruhku untuk melihat kondisi depan rumah. Aku pun bergegas membuka pintu rumah dan terlihat dia malu-malu mengintip dari balik semak belukar dengan tatapan ketakutan. Ibu menyusulku dan berniat mengambilnya. Aneh, tidak ada perlawanan darinya. Dia menurut ketika ibuku menggendong, membawanya masuk, dan memberi sedikit kudapan untuk mengganjal perutnya. Dia sarapan dengan lahap. Aku hanya memperhatikan dan menganggapnya lalu.
Hari berganti dan bulan pun berlari. Dia semakin besar, sehat, dan lincah. Tingkah lakunya semakin membuat gemas. Aku yang tadinya tidak terlalu memperhatikan dengan seksama, mulai merubah cara pandang dan sikapku padanya. Aku yakin sebenarnya ia ada pemiliknya. Ia punya ibu dan saudara. Namun, karena di dekat rumahku banyak penghuni nomaden yang menurutku tidak berperi kebinatangan dan anak-anaknya dibiarkan memiliki kebiasaan memainkan atau lebih tepatnya menganiaya hewan maka analisisku pun tertuju kepada anak-anak iseng yang sengaja membawa dia main jauh dari area rumahnya. Tujuannya ya hanya sebagai mainan layaknya benda mati. Aku ulangi sekali lagi DIA MENJADI MAINAN. Hati mana yang tidak terenyuh menyaksikan fenomena mencengangkan tersebut. Seperti terpanggil, aku pun mencoba merajut asa untuknya.
Dia bukanlah jenis perkawinan silang yang menjadi primadona di setiap pet shop dengan harga jual tinggi dan perawatan mewah. Bukan pula turunan dari ras negara lain yang disukai kaum kelas gedongan. Dia hanyalah golongan marginal yang haus akan kasih sayang sebenar-benarnya. Bukan hanya mengagumi keindahan warna, kehalusan bulunya, serta kelucuan tingkah lakunya. Tak seperti yang kubayangkan sebelumnya, dia tumbuh dan menjelma menjadi yang terfavorit di tengah-tengah keluargaku. Semua tingkah polahnya seolah mengandung magis yang dapat menyerap semua energi negatif dan memancarkan kobaran semangat untuk melanjutkan sisa waktu dalam satu hari. Ajaib dan fantastis. Baru kali ini aku memiliki seorang sahabat beda spesies yang dapat mengerti aku apa adanya. Dia tahu kapan harus membangunkanku saat adzan subuh akan berkumandang, kapan akhir minggu akan berakhir, kapan ia mendapatkan kasih sayang utuh di tengah hangatnya keluarga, dan kapan ia harus berburu makanan tambahan demi mencukupi kebutuhan perutnya saat adikku pergi kuliah. Bulat dan hijau matanya memancarkan semangat, kekuatan, dan pertahanan terhadap musuh ; Halus bulunya mencerminkan reaksi tubuhnya terhadap macam makanan dan suplemen yang diberikan untuknya ; Tegap badannya menggambarkan sosok yang tak kenal lelah ; Keras dengkurannya mendendangkan suasana hati yang senang mendapatkan kasih sayang tulus dari orang sekitarnya ; Wajah imut tanpa dosa mengobati kepenatan pikiran setelah lelah beraktivitas. Sebagai si empunya, aku pun banyak belajar darinya tentang ketabahan dan kemandirian. Ia tabah tatkala ia harus berpisah hidup dengan orang tua dan saudaranya serta ia pun menjadi sosok mandiri ketika majikannya memiliki urusan masing-masing sehingga tidak memungkinkan untuk memberinya makan ideal 3 kali sehari. Aku pun tertegun, apakah aku sudah bisa tabah dalam menghadapi tantangan dan masalah yang silih berganti? Apakah aku bisa hidup mandiri tanpa mengeluh ketika sedang diliputi kesendirian menghadapi masalah baru yang tak disangka-sangka?
Sedang apa dan dimana, hei Pussy? Apakah dirimu baik-baik saja di rumah? Apakah dirimu kelaparan, kehausan, dan kehilangan kasih sayang? Aku harap dirimu sedang dalam keadaan sehat dan senang hari ini hingga seterusnya. Aku hanya bisa berdoa untuk keselamatanmu. Rindukan aku ya. Mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi di akhir pekan. Jangan sampai lagu Sedang Apa dan Dimana milik Sammy yang aku tulis di atas terjadi pada kehidupan kita ya..Baik-baik disana, kenangan indah dan kehangatan dirimu akan selalu membawa energi positif untuk aku disini.
Warmest Regards,
your truly partner-in-crime
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?