Selasa, 17 April 2012

Seratus

“Kakaaaa!! Ayo cepat makannya, nanti kamu telat. Hari ini kan ulangan matematika sama bahasa indonesia”
“Nyam..nyam..Iya ma..”
“Pokonya mama ga mau tau. Kamu ga boleh lagi dapat nilai 80! Gara-gara teledor, nilai kamu jadi turun ke 80. Dulu kan kamu dapet 100.”
“Tapi kalo soalnya susah gimana?”
“Pokonya 100. Se-ra-tus! Ga ada tapi-tapian”
“hemm..huff..” sambil menyiapkan kertas-kertas kecil sebagai senjata untuk melancarkan serangan contek-mencontek.
Fakta nyata yang ada di depan mata. Ibu atau anakkah yang sebenarnya ujian? Sang ibu sibuk mewanti-wanti sekaligus mengultimatum anaknya agar dapat nilai sempurna sedangkan anaknya berpikir keras menyiapkan strategi agar “selamat” sampai di rumah sehingga langganan paket blackberry, tv kabel, internet, dan playstation tidak dihentikan untuk sementara waktu hingga selamanya.
Apakah seratus itu? Sedemikian hebat dan agungnya angka 100 sehingga semua orang mengelu-elukan hingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya? Jawaban simpelnya adalah ya. Absolutely yes! “Aku dapat rangking 1. Nilai matematikaku 100 loh, ngalahin yang lain” kata pelajar. “Penjualan kita harus naik hingga mencapai presentase 100% dari tahun lalu” kata bussinessman dan sales manager. “Apabila anda berbelanja 100 ribu rupiah atau kelipatannya, anda akan mendapatkan point reward yang dapat diakumulasikan hingga jumlah tertentu dan dapat ditukarkan dengan hadiah” kata pengumuman di salah satu department store. Hingga “Cepe dulu donk” kata polisi cepek alias pak ogah yang selalu siap sedia mengatur lalu lintas di tiap perempatan, pertigaan, atau belokan jalan. Nilai seratus memang tidak dapat dipisahkan dari keseharian kita. Uang 99 ribu sembilan ratus pun tidak akan genap menjadi 100 ribu apabila tidak ada jasa pecahan 100 perak. Tukang angkot pun akan meneriaki kita apabila ongkos kita kurang 100 perak, tapi kalau kembalian mereka kurang 100 perak, mereka akan tancap gas, melengos pergi. Ya, saya sekarang mengerti akan arti dari nilai seratus ini. Namun, apakah seratus selalu berarti positif dan sempurna?
...
Seratus. Banyak orang mencari dan terus mencari, berusaha menemukan arti kehidupan dari nilai seratus ini. Tiap hari, di tiap perempatan jalan. Pasti ramai dilalui oleh kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang berimbas pada kemacetan yang tak berperi. Apa yang mereka cari? Nilai 100. Sang pelajar, karyawan, pedagang, polisi cepek, dan seluruh profesi membutuhkan dan mencari bulir-bulir 100 ini. Mereka akan menempuh jarak ribuan kilometer demi mengecap manisnya nilai seratus.
Seratus. Begitu banyak kata yang dapat mendefinisikan dirimu. Aku kesulitan merangkum kata-kata untuk mendeskripsikan keagungan dan kemewahan dirimu sehingga orang-orang merelakan kehormatannya demi mendengar gemerincing dirimu. Aku tidak bisa berkata-kata tatkala kompetisi hidup demi meraih pialamu menjadi kontroversi. Tak tahu mana halal dan mana haram. Tak tahu arti dirimu yang sebenarnya. Tak tahu tujuan dirimu. Dirimu begitu memabukkan.
Seratus. Sahabat dirimu adalah kesempurnaan. Perfect dalam bahasa tetangga. Yang aku tahu adalah kesempurnaan hanyalah milik Sang Pemilik Semesta Alam. Bukan aku. Bukan kamu. Bukan dia. Bukan kita. Aku tahu kau lelah terhanyut dalam permainan fana ini. Arta dan nilai seakan menjadi saksi bisu keganasan dan kebuasan manusia. Tanpa palang penghalang dan benteng pertahanan, dirimu menjadi penguasa bagi individu yang candu.
Terima kasih wahai, seratus. Aku telah diperkenalkan kepadamu. Aku yang fana ini, terjebak dalam lingkaran dirimu, di tengah dahsyatnya gurun panas nan kering, tak ada tempat berteduh, tak ada air yang menyegarkanku, bila dirimu yang terus menerus jadi raja, bisa apa aku selain rehat sejenak dan merenung. Sudah pantaskah diriku bersanding denganmu? Bersebelahan dan saling berangkulan. Menjadi pasangan setiamu yang dapat mengingatkan dirimu saat kau khilaf, saat kau berpikir bahwa kau penguasa dan raja. Namun, bila kau tak terpatahkan, hukum rimba pun akan bertindak tegas. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do you think, guys?