#2: Being certified General OHS Expert (AK3)
3 minggu bukanlah waktu yang singkat. Namun, kami merasa sebaliknya. 3 minggu benar-benar telah membuat otak kami panas dan berasap. Bagaimana tidak? sehari kami bisa melahap 1 hingga 3 buku plus Undang-Undang serta tugas dan PR yang dikumpulkan keesokan harinya. Suatu beban mental yang cukup pelik ketika kami mengingat akan ujian post-test yang akan diadakan pada minggu terakhir dari training. Ujiannya tidak main-main. Ujian tersebut menentukan nasib kelulusan kami. Apakah kami akan membawa sertifikat kelulusan, lencana, dompet AK3, dan kartu kewenangan AK3 atau hanya membawa seonggok ucapan terima kasih dari Premysis Consulting karena telah “menyumbang” delapan setengah juta untuk kesuksesan training AK3? That’s a stressful matter for me and others of course after we heard an opening speech from the leader of department supervision of labor norms, Mrs. Elizabeth. mau dibawa kemana hubungan kita? oh buku-ujian-nilai-sertifikat..
Minggu pertama dan kedua kami disibukkan dengan mendengarkan ulasan, ceramah, serta menyelesaikan pertanyaan atau latihan dari trainer. Have you imagine that listening to the trainers or teachers would become so tired instead of boring? Yeah. itulah keluhan kami. Namun, trainer dibayar untuk berbicara ya mau boring kek ataupun asyik kek itu urusan mereka, kami kan cuma murid. Dari zaman dulu pun murid membayar untuk mendengarkan guru mengajar. Perkara bosan atau capek itu sudah konsekuensinya. Ya, membayar untuk bosan. But, everything have to be changed! trainer-trainer yang berasal dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengajar dengan baik dan sesuai ekspektasi yaitu semangat dan menarik namun, no body’s perfect. Ada satu trainer bergender wanita yang sudah menjadi ibu (expected from the face, hehe), beliau mengajar mengenai pengawasan K3 terhadap listrik, pemadam kebakaran, dan kosntruksi. First impression, she was so gorgeous, smart, and beautiful. When she came to the class, our eyes esp. the males couldn’t take of off her. We waited for her presentation. First minutes, she is great. Second minute, she start kinds of a crunchy joking. Another minutes until last, her performance wasn’t as gorgeous as we expected before. She taught very rushing and the presentation was running from one file to another file. hmmm.. no body’s perfect. Thanks ma’am, I know the performance which could make audience unenthusiastic.
Minggu ketiga adalah minggu perjuangan panjang untuk mendapatkan kelulusan. Dimulai dengan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diselenggarakan di Hotel Harris kemudian mencoba belajar kelompok dengan mengerjakan contoh-contoh soal tahun lalu serta menandai setiap bab Undang-Undang agar bila kepepet dapat langsung membuka buku tebal perundangan yang kemudian kami namakan “kitab”. Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kami ujian. Post-test. WOW. Rasanya campur aduk antara tidak percaya diri dan merasa tidak pantas untuk lulus. Bayangkan saja. 9 buku plus 1 buku perundangan harus kami lahap dalam semalam. Jurus SKS pun dilancarkan. Kita lihat apakah SKS kita berhasil atau menguap. WOOHOO.
Saat pengawas membagikan soal, hatiku berdegub keras, sekeras ketika terlalu banyak mengonsumsi kafein dalam kopi instan segelas mug besar. WOW. 100 soal pertama 1,5 jam. 100 soal kedua 1,5 jam. istirahat. 10 soal essay 2 jam. Semua kami lahap habis bis bis. Di tengah-tengah ujian, ternyata Tuhan mendengar doa kami. Doa kami tidak muluk-muluk. Kami berharap, pengawas ujian mengantuk lalu keluar ruangan untuk sekedar mengobrol dengan tim Premysis atau ke toilet atau kemungkinan terburuknya ya tidur di ruangan. Hehehe. Doa yang buruk mengakibatkan hasil yang sangat buruk. Namun, kami melawan gravitasi. Kami pun melancarkan jurus terakhir untuk mempertahankan diri dari terinjaknya harga diri kami bila dinyatakan tidak lulus. Jurus anak sekolahan hingga jurus anak kuliahan pun berhasil. Tinggal menunggu hasilnya dibacakan besok, apakah kami lulus sehingga tidak perlu ikut tes perbaikan atau sebaliknya. Mari berdoa kembali.
Keesokan harinya…
12 orang = 6 orang lulus + 6 orang tidak lulus. Saya? Alhamdulilah saya lulus!! WOOHOO. Doa saya terkabul. Thanks Allah! Dengan hati dag dig dug serr ditambah tangan yang masih dalam keadaan dingin karena AC yang memang dingin plus kecemasan yang sangat, saya pun keluar ruangan dan mengerjakan tugas kelompok saya untuk presentasi PKL keesokan hari. Setelah istirahat, saya pun dibantu personil kelompok saya yang semuanya kecuali saya mengikuti ujian perbaikan.
Presentasi PKL.
Hari yang santai. Tinggal maju ke depan, mempresentasikan hasil PKL yang yaa seadanya, lalu pulang. WOOHOO. Namun, ternyata waktu berjalan sangat cepat. Pukul 14.00 WIB pihak kementrian baru mengumumkan hasil kelulusan secara formal. Walaupun saya bukan juara 1, namun saya sudah berusaha keras untuk mencapai kata LULUS sehingga tidak sia-sia saya berdesakan dan terombang-ambing dalam derasnya lautan orang di dalam tiap gerbong kereta. Mudah-mudahan kedepannya saya dan teman-teman bisa benar-benar mengimplementasikan semua bahan training dan perundang-undangan dengan baik dan sistematis sesuai amanah dan tanggung jawab yang telah digariskan dalam UU.No 1 tahun 1970, Permenaker No 3 tahun 1978, Permenaker No. 4 tahun 1987, dan Permenaker No. 2 tahun 1992.
“Jangan hanya menang di atas kertas, buktikan dong!” –Pak Rezzy: juara 1-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?