Wahai angan, detik ini aku berkenalan denganmu.
Berjabat tangan, menerawang masa depan
Wahai angan, menit ini aku memimpikanmu
Membuat jantungku selalu berdegub kencang ketika kau memandangku
Wahai angan, genap waktu ini aku memberanikan diri berbincang denganmu
Bersenda gurau menghabiskan hari melewatkan dentingan jam dinding bersama
Wahai angan, siang hari ini aku janji bertemu denganmu
Merencanakan pertemuan dengan masa depan
Wahai angan, senja ini aku duduk berdua denganmu
Merenda masa depan mencoba peruntungan
Wahai angan, dewi malam telah menampakkan sinarnya
Tak henti kurapalkan doa dan harapan atas dirimu dan perjuanganku
Wahai angan, mentari membangunkanku fajar ini
Memberikan berita tak terduga, melenakan masa demi fakta sehasta yang tak urung tiba
Wahai angan, ternyata pagi tak mengizinkan kita bertemu kembali
Ia menyesapkanmu ke dalam lubang terdalam planet ini. Inti bumi.
Wahai angan, tahukah kamu bahwa hatiku teriris tatkala berhadapan dengan kenyataan bahwa aku harus menghadapi penantian yang tak berujung ini sendirian
Bagaikan putus hubungan dengan kekasih hati. Sukma ini tertusuk dengan bambu runcing yang membara.
Wahai angan, apabila dirimu terlalu jauh dariku mengapa kau memperkenalkan diri dan mengajakku bertemu muka?
Mengapa pula harus ada pertemuan apabila berujung pada perpisahan?
Wahai angan, katamu sinar kapalku tak pernah padam walaupun dengan derasnya arus, aku masih dapat mengarungi bahtera mimpi, membelah lautan hambatan
Namun, apakah aku masih memiliki secercah keberanian untuk menembus batas, memaksa semesta mendukungku?
Entahlah, wahai angan. Namun, satu yang pasti dan harus kuakui bahwa aku masih merindukanmu datang kembali kepadaku, memberikan sebuncah semangat jiwa untuk menghempaskan kerikil tajam dalam pencapaian tujuan
Wahai angan, izinkan aku terlelap mendekapmu tiada batas hingga datang sang waktu menciumku mesra membangunkanku dari serpihan mimpi imajinatif.
Berjabat tangan, menerawang masa depan
Wahai angan, menit ini aku memimpikanmu
Membuat jantungku selalu berdegub kencang ketika kau memandangku
Wahai angan, genap waktu ini aku memberanikan diri berbincang denganmu
Bersenda gurau menghabiskan hari melewatkan dentingan jam dinding bersama
Wahai angan, siang hari ini aku janji bertemu denganmu
Merencanakan pertemuan dengan masa depan
Wahai angan, senja ini aku duduk berdua denganmu
Merenda masa depan mencoba peruntungan
Wahai angan, dewi malam telah menampakkan sinarnya
Tak henti kurapalkan doa dan harapan atas dirimu dan perjuanganku
Wahai angan, mentari membangunkanku fajar ini
Memberikan berita tak terduga, melenakan masa demi fakta sehasta yang tak urung tiba
Wahai angan, ternyata pagi tak mengizinkan kita bertemu kembali
Ia menyesapkanmu ke dalam lubang terdalam planet ini. Inti bumi.
Wahai angan, tahukah kamu bahwa hatiku teriris tatkala berhadapan dengan kenyataan bahwa aku harus menghadapi penantian yang tak berujung ini sendirian
Bagaikan putus hubungan dengan kekasih hati. Sukma ini tertusuk dengan bambu runcing yang membara.
Wahai angan, apabila dirimu terlalu jauh dariku mengapa kau memperkenalkan diri dan mengajakku bertemu muka?
Mengapa pula harus ada pertemuan apabila berujung pada perpisahan?
Wahai angan, katamu sinar kapalku tak pernah padam walaupun dengan derasnya arus, aku masih dapat mengarungi bahtera mimpi, membelah lautan hambatan
Namun, apakah aku masih memiliki secercah keberanian untuk menembus batas, memaksa semesta mendukungku?
Entahlah, wahai angan. Namun, satu yang pasti dan harus kuakui bahwa aku masih merindukanmu datang kembali kepadaku, memberikan sebuncah semangat jiwa untuk menghempaskan kerikil tajam dalam pencapaian tujuan
Wahai angan, izinkan aku terlelap mendekapmu tiada batas hingga datang sang waktu menciumku mesra membangunkanku dari serpihan mimpi imajinatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?