Minggu, 09 September 2012

..sedekah..

          Kalau mau kaya dan berkah, perbanyaklah sedekah.  Tagline yang sering saya lihat dan dengar diberbagai media. Tiap kali saya mendengarkan ceramah, tema sedekah adalah tema yang sering disampaikan oleh ustadzh karena merupakan topik sederhana namun sarat akan makna yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Baik tua maupun muda, semua berlomba-lomba menanam kebaikan lewat sedekah. Nominalnya tak ditentukan. Seikhlasnya saja. Waktunya kapan? Ya, kapan saja. Sesuka hati. Apabila ada kesempatan, maka bersedekahlah wahai kawan!
          Saya mengenal sedekah ketika saya masih duduk di bangku sekolahan. Ketika itu, pelajaran agama adalah suplemen yang wajib dipelajari dan amalkan karena menyangkut akhlak budi anak tersebut. Sedekah dan zakat pun masuk ke dalam satu bab bahasan tersendiri. Kebiasan orang tua pun menjadi cikal bakal saya dalam membangun fondasi agama yang kuat. Saya pun memiliki keinginan untuk merasakan sedekah. Dan kesempatan itu pun tiba. Kala itu, saya bersekolah di SD negeri yang masih dalam kompleks perkebunan teh dengan latar belakang teman-teman dari keluarga petani, pemetik teh, dan buruh pabrik. Kondisi finansial mereka pun bermacam-macam. Ada yang mampu namun banyak pula yang kurang mampu sehingga untuk membeli buku dan LKS (lembar kerja siswa) yang berisi soal latihan pun harus dicicil hingga lima kali. Tiba-tiba hati seorang anak usia sembilan tahun pun tergerak untuk membelikan LKS untuknya. Dan keinginan itu pun berwujud nyata. Berkali-kali ia mengucap kata terima kasih kepada saya. Campur aduk rasanya. Ternyata nominal tiga ribu lima ratus rupiah menjadi sangat berharga bagi orang yang kekurangan sepertinya. Sedekah pertama saya membawa ketenangan batin yang luar biasa khususnya bagi bocah ingusan kala itu.
           Pengalaman bersedekah setelahnya tak menjadi buah pikiran saya. Ya, biasanya setelah bersedekah, saya lupakan nominal dan waktunya karena apabila diingat-ingat saya takut hati saya berbalik menjadi tidak ikhlas. Buah dari sedekah pun tak saya hitung karena lagi-lagi takut menjadi bumerang bagi saya, menjadi orang yang perhitungan apalagi dengan Allah. Tidak tahu diri sekali saya sebagai hamba Allah. Kesehatan, perlindungan, dan kecukupan rejeki terus berlimpahan, tapi mengapa saya tidak bersyukur dan malah jadi perhitungan? Mudah-mudahan saya dijauhkan dari sifat tercela tersebut. Amin.
          Ketika suatu hari saya kebetulan membuka recent updates blackberry messanger seorang teman, saya terkesima dan langsung tertegun dengan foto profilenya yang menampilkan foto ustadz kawakan yang sedang naik pamor karena konsep matematika sedekah. Pada foto tersebut terpampang konsep pasti matematika dibandingkan dengan konsep sedekah. Pada matematika : 10-5=5 ; 10-9=1 sedangkan pada matematika sedekah : 10-5=55 ; 10-9=91. Artinya adalah setiap satu harta yang kita sedekahkan maka akan diganti dengan balasan sepuluh kali lipat. Ganjil dan ajaib? Cobalah tengok QS Al-An'am :160 yaitu "Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya, dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak di beri pembalasan melainkan seimbang denga kejahatannya sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)". Allah akan membalas tiap kebaikan walaupun itu hanya setitik debu. Apalagi bersedekah. Allah akan mengganti tiap kebaikan termasuk sedekah dengan cara bermacam-macam. Namun yang pasti adalah urusan kita akan dimudahkan dan doa kita akan diijabah, dapat dibalas secara kontan, dengan cara sedikit demi sedikit, ataupun disimpan sebagai tabungan amal di akhirat kelak. Demikian halnya dengan bersedekah. Tidak akan menjadi miskin orang yang bersedekah. Sebaliknya, sedekah dapat memperlancar aliran rejeki kita sekaligus menambah tabungan energi positif kita yang sewaktu-waktu kita butuhkan ketika sedang dilanda masalah. Tapi, perlu diingat, ketika bersedekah harus dengan hati ikhlas dan tidak riya agar tidak menambah daftar dosa kita karena pada dasarnya, fitrah manusia adalah menginginkan status sosial tinggi dengan harta melimpah, hidup dengan nyaman, serta berprinsip ekonomis yaitu ingin meraih sesuatu dengan cara (yang kalau bisa) instan. Ketiga prinsip tersebut merupakan ujian bagi manusia. Apakah manusia terlena dengan nafsu saja atau berpikir dengan kepala dingin dan bijak?  
           Konsep matematika sedekah pun diingatkan kembali oleh ustadz lain pada halal bihalal kemarin. Ustadz Ahmad Hadi Wibawa berceramah tentang sedekah dan cinta kepada orang tua serta orang yang kita kasihi. Namun, yang menjadi cetak tebal dibenak saya adalah mengenai sedekah tersebut. Saya pun merenung, mengingat momen ketika saya bersedekah. Bukan bermaksud riya dan pamer, namun ini adalah kisah nyata yang saya alami kemarin lalu. Pagi itu, saya berkemas untuk pergi menunaikan shalat Ied di lapangan dekat rumah. Sebelum berangkat, saya menyelipkan selembar uang kertas berwarna hijau bergambar tokoh nasional di saku celana saya. Saya pun segera bergegas.  Menempati tempat di shaf tengah. Mengikuti ritual shalat Ied yang dilaksanakan setahun sekali. Setelah selesai, kami pun duduk mendengarkan khotbah. Tak lama, kotak berbahan kardus yang dibalut dengan kertas minyak warna coklat menghampiri saya. Sambil merogoh,  saya pun melipat uang menjadi kecil dan memasukkannya. Mudah-mudahan digunakan untuk semestinya. Demikian rapalan doa singkat. Waktu pun terus berlari secepat sinar mentari yang sudah berpijar tepat di atas ubun-ubun. Saya bersama keluarga pergi bersilaturahmi ke rumah nenek. Salaman,bermaafan, makan, bersenda gurau, dan foto bersama. Hangat dan berbekas. Petang hari, ketika panas masih melelehkan keringat, dimulailah acara pembagian angpau (meminjam istilah Imlek). Entah kebetulan atau kelupaan, paman saya memberikan sebuah amplop dan jumlahnya pun ditambah oleh paman saya yang lainnya. Saya pun tertegun dan bertanya, apakah benar ini untuk saya mengingat saya sudah mendapatkan THR sekali gaji oleh perusahaan? Dan jawabannya adalah ya, sekedar untuk memeriahkan hari lebaran, jawab beliau. Wah,alhamdulilah. Rejeki. Setelah sampai di rumah saya buka dan hitung nominalnya. Subhanallah! Janji Allah tak pernah ingkar. Hanya manusia yang seringkali kurang bersyukur. Sepuluh kali lipat dari jumlah yang saya sedekahkan tadi pagi. Matematika sedekah memang benar adanya. Tepat perhitungannya dimana 10-2=28. Ketika saya menyedekahkan dua harta, maka dua puluh delapan hartalah yang akan saya dapatkan, dan seterusnya. Inilah balasan kontan yang Allah berikan kepada saya. Satu dibayar sepuluh, sepuluh dibayar seratus. Apabila semua orang paham makna sedekah maka, tidak ada lagi kemiskinan di muka bumi ini. Kesejahteraan pun merajalela serta energi positif dari kejujuran dan ikhlas berpendar layaknya cahaya matahari yang menerangi alam semesta.
          "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan" (QS Al-Baqarah :245)
           Mau kaya dan berkah? Ya, sedekah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do you think, guys?