Thanks God It's Friday. TGIF. Semua orang mengelu-elukan kata-kata tersebut menyambut datangnya akhir pekan. Semua orang pun berlomba-lomba untuk pulang lebih awal karena tak mau menyia-nyiakan kebersamaan dengan keluarganya. Demikian pula dengan aku. Ya, tiap jumat sore aku berjibaku berlari mengejar kereta pukul setengah enam lebih seperempat. Kereta pertama yang lewat stasiun kampung bandan setelah waktu pulang kantor karyawan tiba. Dapat dibayangkan bagaimana padatnya kereta tersebut bukan? Namun untungnya tidak sepadat apabila kita naik kereta dari stasiun Kota. Ya, tipikal orang Indonesia selalu berpikir untung sekalipun tidak beruntung. Termasuk aku. Namun, Jumat ini adalah Jumat yang berbeda dengan Jumat lainnya karena aku ditunjuk untuk menjadi ujung tombak kesuksesan sebuah acara besar. Ditemani oleh Sang Maestro public speaking pula. Grogi? Sudah pasti.
Halal Bihalal 1433 H adalah acara tahunan dalam rangka mempererat tali silaturahmi antara pihak manajemen perusahaan dengan para karyawannya. Tahun ini, tema yang diangkat adalah Kebersamaan meningkatkan produktivitas serta membawa keberkahan. Demikianlah. Kebersamaan menjadikan hidup lebih bernilai dan mendatangkan keberkahan. Demikianlah tagline yang terpampang gagah pada backdrop panggung. Semua panitia adalah karyawan yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam bekerja serta ikut serta dalam kepanitiaan. Sedangkan diriku hanyalah anak kemarin sore yang ikut memeriahkan acara dan mencari sebongkah pengalaman. Hanya secuil pengalaman kepanitiaan saat menuntut ilmu di kampuslah yang menjadi dasar aku dalam memulai profesionalitas ini. Sekretaris adalah jabatan pertama yang aku emban. Tanggung jawabnya adalah membuat dokumentasi korespondensi baik internal maupun eksternal serta menjadi notulen dalam setiap rapat kepanitiaan. Aku pun coba-coba menjajalnya. Walaupun kurang lebih aku mengetahui deskripsi tugas yang harus aku kerjakan, namun bahasa formal dalam surat kadang membuat otakku beku tanpa ide berkejaran layaknya aku menulis lepas di media lain. Mungkin, jiwa pemberontakku tak mendapat ruang yang cukup untuk berekspresi. Ya, mungkin.
Hal lain yang cukup mengejutkan dalam perjalanan pencarian pengalaman ini adalah dengan dimintanya aku untuk menjadi pemandu acara Halal Bihalal bersama rekan yang sudah sering berinteraksi langsung membuat improvisasi mencari gelak tawa di tengah tamu. Kegalauan pun dimulai. Antara ingin mencoba pengalaman baru, ingin mengimplementasikan ilmu otodidak yang telah didapat di dunia kampus, hingga ingin membuktikan bahwa aku mampu berdiri tenang di depan manajemen dan karyawan semua level. Wow sekali apabila diterjemahkan. Semua campur aduk menjadi satu. Entahlah harus menjawab apa. Menolak atau mencoba. Namun layaknya pertandingan, hanya ada satu jawaban dan satu pemenang. Menolak rasanya tak etis. Mencoba dapat berakibat fatal apabila lidah tiba-tiba keseleo. Aku pun berada di daerah abu-abu antara ya dan tidak. Namun, adat ketimuran yang kita junjung memaksa kita yang lebih muda untuk berkata ya dalam pendelegasian tugas. Apalagi sang pemimpin sudah lebih berpengalaman dan memiliki kuasa. Jawaban ya, terlontar demikian cepat dari bibirku. Dan aku pun adalah ujung tombak itu.
Hari itu pukul setengah empat petang. Aku tergopoh-gopoh menaiki lift menuju ke lantai 3. Dengan masih terbaginya konsentrasiku dengan pekerjaan dan hasil audit sertifikasi serta materi acara, aku meminta izin untuk menggunakan waktu kerja demi latihan. Ya, latihan menjadi seorang pemandu acara. Rekan sesama pemandu acara hari itu adalah seorang chef test bakery yang memiliki jam terbang yang sangat tinggi. Dari mulai pengembangan produk hingga tour memperkenalkan produk ke pelanggan adalah makanan sehari-harinya. Setengah berlari aku hampiri sang rekan. Dimulailah latihan menjadi pemandu acara religi dengan tampilan serba formal. Waktu bergulir sangat cepat seakan jarum jam telah mengakselerasi diri menjadi seekor cheetah. Dua jam seakan kurang sempurna untuk latihan. Namun, komitmen harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Siap tidak siap, jurus improvisasi selalu siap sedia memoles tiap kekurangan menjadi obat mujarab anti terlihat grogi. Hal itulah modal kami selain susunan acara yang telah dirombak sedemikian rupa menjadi Q-card ala kami.
Pukul setengah tujuh. Manajemen belum datang dan para hadirin pun banyak yang masih berceloteh kesana kemari. Disinilah debut pertama suara kami diperdengarkan. Ya, sekalian check sound terakhir kalinya sebelum acara dimulai. Mengumpulkan hadirin dan para tamu untuk masuk dan duduk. Gampang-gampang susah. Hingga akhirnya acara pun diulur setengah jam demi menunggu manajemen khususnya jajaran direksi untuk duduk di barisan depan. Demikianlah karena ada pengalihan arus kendaraan, jalanan menjadi macet dan berdampak pada mundurnya acara. Pukul tujuh, manajemen telah datang dan memenuhi kursi tamu. Acara pun dimulai. Balutan batik formal dipadu dengan untaian kata per kata yang disampaikan secara bergantian menjadi pembuka acara halal bihalal. Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda. Tagline iklan tersebut sangat berlaku disini. Aku pun sebisa mungkin tidak banyak mengimprovisasi diri. Berbicara sesuai dengan alur kalimat yang telah disusun di awal latihan. Ternyata, ada acara yang diubah dan ditukar posisinya. Ceramah agama disampaikan sebelum sambutan. Karena jadwal sang ustadzh sangat padat dengan bayaran yang berlipat dan ultimatum ala anak kelas empat, kami pun mengimprovisasi acara sedemikian rupa sehingga tetap terlihat menarik sesuai harapan di awal. Oke, improvisasi berlaku mulai saat ini. Hingga akhirnya sambutan dan bersalam-salaman antara pihak manajemen dan karyawan mengakhiri acara formal tersebut. Lalu, masuklah ke acara pembagian hadiah. Yup, inilah bagian yang paling dinantikan oleh para undangan. Walaupun kondisi ruangan serbaguna yang digunakan semakin panas karena ac yang di sewa tidak mampu mendinginkan ruangan tanpa ventilasi dan jendela yang dapat dibuka. Seperti akuarium. Panas dan berkeringat dimana-mana. Namun, tak menyurutkan para undangan untuk tetap bertahan berharap rejeki nomplok. Akhirnya, pembagian hadiah pun dimulai. Mulai dari kipas angin, magic jar, mesin cuci, handphone, blackberry, notebook, LCD, hingga samsung galaxy tab 2.
Satu persatu undian dibacakan. Yang mendapatkan hadiah sebagian besar adalah operator produksi. Tak ada sama sekali dari barisan panitia yang mendapatkan lucky draw tersebut. Hadiah benar-benar diberikan kepada orang yang berhak. Karena tak ada yang tahu nomor berapakah yang keluar sebagai yang beruntung pada malam hari itu. Hadiah utama pun jatuh ke seorang security yang sedang bertugas di shift 2. Mudah-mudahan menjadi berkah untuknya. Karena pada dasarnya tak ada rejeki yang tertukar. Semua sudah diberikan porsi rejeki masing-masing sesuai usahanya.
Demikianlah. Acara telah selesai dengan lancar. Penampilan hasil coba-coba ditambah pengalaman otodidak sejak kuliah pun berakhir dengan ucapan terima kasih dari pihak manajemen. Ya, mudah-mudahan semua terhibur. Berawal dari nekat dan coba-coba, demam panggung sedikit demi sedikit telah pudar. Walaupun belum sempurna, namun setidaknya menambah jam terbang dan ilmu berimprovisasi.
Kesan pertama begitu nekat, selanjutnya?
Halal Bihalal 1433 H adalah acara tahunan dalam rangka mempererat tali silaturahmi antara pihak manajemen perusahaan dengan para karyawannya. Tahun ini, tema yang diangkat adalah Kebersamaan meningkatkan produktivitas serta membawa keberkahan. Demikianlah. Kebersamaan menjadikan hidup lebih bernilai dan mendatangkan keberkahan. Demikianlah tagline yang terpampang gagah pada backdrop panggung. Semua panitia adalah karyawan yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam bekerja serta ikut serta dalam kepanitiaan. Sedangkan diriku hanyalah anak kemarin sore yang ikut memeriahkan acara dan mencari sebongkah pengalaman. Hanya secuil pengalaman kepanitiaan saat menuntut ilmu di kampuslah yang menjadi dasar aku dalam memulai profesionalitas ini. Sekretaris adalah jabatan pertama yang aku emban. Tanggung jawabnya adalah membuat dokumentasi korespondensi baik internal maupun eksternal serta menjadi notulen dalam setiap rapat kepanitiaan. Aku pun coba-coba menjajalnya. Walaupun kurang lebih aku mengetahui deskripsi tugas yang harus aku kerjakan, namun bahasa formal dalam surat kadang membuat otakku beku tanpa ide berkejaran layaknya aku menulis lepas di media lain. Mungkin, jiwa pemberontakku tak mendapat ruang yang cukup untuk berekspresi. Ya, mungkin.
Hal lain yang cukup mengejutkan dalam perjalanan pencarian pengalaman ini adalah dengan dimintanya aku untuk menjadi pemandu acara Halal Bihalal bersama rekan yang sudah sering berinteraksi langsung membuat improvisasi mencari gelak tawa di tengah tamu. Kegalauan pun dimulai. Antara ingin mencoba pengalaman baru, ingin mengimplementasikan ilmu otodidak yang telah didapat di dunia kampus, hingga ingin membuktikan bahwa aku mampu berdiri tenang di depan manajemen dan karyawan semua level. Wow sekali apabila diterjemahkan. Semua campur aduk menjadi satu. Entahlah harus menjawab apa. Menolak atau mencoba. Namun layaknya pertandingan, hanya ada satu jawaban dan satu pemenang. Menolak rasanya tak etis. Mencoba dapat berakibat fatal apabila lidah tiba-tiba keseleo. Aku pun berada di daerah abu-abu antara ya dan tidak. Namun, adat ketimuran yang kita junjung memaksa kita yang lebih muda untuk berkata ya dalam pendelegasian tugas. Apalagi sang pemimpin sudah lebih berpengalaman dan memiliki kuasa. Jawaban ya, terlontar demikian cepat dari bibirku. Dan aku pun adalah ujung tombak itu.
Hari itu pukul setengah empat petang. Aku tergopoh-gopoh menaiki lift menuju ke lantai 3. Dengan masih terbaginya konsentrasiku dengan pekerjaan dan hasil audit sertifikasi serta materi acara, aku meminta izin untuk menggunakan waktu kerja demi latihan. Ya, latihan menjadi seorang pemandu acara. Rekan sesama pemandu acara hari itu adalah seorang chef test bakery yang memiliki jam terbang yang sangat tinggi. Dari mulai pengembangan produk hingga tour memperkenalkan produk ke pelanggan adalah makanan sehari-harinya. Setengah berlari aku hampiri sang rekan. Dimulailah latihan menjadi pemandu acara religi dengan tampilan serba formal. Waktu bergulir sangat cepat seakan jarum jam telah mengakselerasi diri menjadi seekor cheetah. Dua jam seakan kurang sempurna untuk latihan. Namun, komitmen harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Siap tidak siap, jurus improvisasi selalu siap sedia memoles tiap kekurangan menjadi obat mujarab anti terlihat grogi. Hal itulah modal kami selain susunan acara yang telah dirombak sedemikian rupa menjadi Q-card ala kami.
Pukul setengah tujuh. Manajemen belum datang dan para hadirin pun banyak yang masih berceloteh kesana kemari. Disinilah debut pertama suara kami diperdengarkan. Ya, sekalian check sound terakhir kalinya sebelum acara dimulai. Mengumpulkan hadirin dan para tamu untuk masuk dan duduk. Gampang-gampang susah. Hingga akhirnya acara pun diulur setengah jam demi menunggu manajemen khususnya jajaran direksi untuk duduk di barisan depan. Demikianlah karena ada pengalihan arus kendaraan, jalanan menjadi macet dan berdampak pada mundurnya acara. Pukul tujuh, manajemen telah datang dan memenuhi kursi tamu. Acara pun dimulai. Balutan batik formal dipadu dengan untaian kata per kata yang disampaikan secara bergantian menjadi pembuka acara halal bihalal. Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda. Tagline iklan tersebut sangat berlaku disini. Aku pun sebisa mungkin tidak banyak mengimprovisasi diri. Berbicara sesuai dengan alur kalimat yang telah disusun di awal latihan. Ternyata, ada acara yang diubah dan ditukar posisinya. Ceramah agama disampaikan sebelum sambutan. Karena jadwal sang ustadzh sangat padat dengan bayaran yang berlipat dan ultimatum ala anak kelas empat, kami pun mengimprovisasi acara sedemikian rupa sehingga tetap terlihat menarik sesuai harapan di awal. Oke, improvisasi berlaku mulai saat ini. Hingga akhirnya sambutan dan bersalam-salaman antara pihak manajemen dan karyawan mengakhiri acara formal tersebut. Lalu, masuklah ke acara pembagian hadiah. Yup, inilah bagian yang paling dinantikan oleh para undangan. Walaupun kondisi ruangan serbaguna yang digunakan semakin panas karena ac yang di sewa tidak mampu mendinginkan ruangan tanpa ventilasi dan jendela yang dapat dibuka. Seperti akuarium. Panas dan berkeringat dimana-mana. Namun, tak menyurutkan para undangan untuk tetap bertahan berharap rejeki nomplok. Akhirnya, pembagian hadiah pun dimulai. Mulai dari kipas angin, magic jar, mesin cuci, handphone, blackberry, notebook, LCD, hingga samsung galaxy tab 2.
Satu persatu undian dibacakan. Yang mendapatkan hadiah sebagian besar adalah operator produksi. Tak ada sama sekali dari barisan panitia yang mendapatkan lucky draw tersebut. Hadiah benar-benar diberikan kepada orang yang berhak. Karena tak ada yang tahu nomor berapakah yang keluar sebagai yang beruntung pada malam hari itu. Hadiah utama pun jatuh ke seorang security yang sedang bertugas di shift 2. Mudah-mudahan menjadi berkah untuknya. Karena pada dasarnya tak ada rejeki yang tertukar. Semua sudah diberikan porsi rejeki masing-masing sesuai usahanya.
Demikianlah. Acara telah selesai dengan lancar. Penampilan hasil coba-coba ditambah pengalaman otodidak sejak kuliah pun berakhir dengan ucapan terima kasih dari pihak manajemen. Ya, mudah-mudahan semua terhibur. Berawal dari nekat dan coba-coba, demam panggung sedikit demi sedikit telah pudar. Walaupun belum sempurna, namun setidaknya menambah jam terbang dan ilmu berimprovisasi.
Kesan pertama begitu nekat, selanjutnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?