Sabtu, 01 Februari 2014

Kebiri

      Sejenak pikiran tersita oleh kenangan masa lalu yang tiba-tiba menghampiri. Tentang sesosok makhluk mungil tak berdaya yang hidup atas kebaikan Tuhan, yang menjadi korban eksploitasi pengetahuan, yang menjadi pahlawan pemuas rasa penasaran manusia. Berkelindan dengan semesta, ia berusaha untuk melupakan haknya yang kini dirampas. Bukan oleh oknum tak bertanggung jawab, namun oleh hati yang selalu dipandang sebelah mata, tak bisa apa-apa. Sahabatnya serupa dengannya. Makhluk mulia, itu yang jadi pembedanya. Di tengah rimbunnya hujan dan dinginnya udara malam, datang sumber cahaya lain yang menghangatkan dahaga. Namun itu hanya sementara, hanya sebagai hadiah semu pengikis pilu yang kemudian hadir menyayat di kedalaman. Kilatan pisau terpantul di ujung mata. Teriakan tercekat di tenggorokan. Tiba-tiba blast! dunia nyata hilang di pelupuk mata, digantikan oleh raga maya yang terpental keluar dari kesadaran. 
      Aku seperti berada di dalam sebuah kantung tipis. Di luar sana ada sesosok makhluk aneh dengan mata besar sedang memilin jalinan benang menjadi jaring-jaring rapat. Ia tersenyum kepadaku. Inginku berbisik tentang sebuah tanya. Siapa dirimu? Dimana aku? 
      Kidung mengalun pelan, mengantarku pada lorong hitam tak berujung. Tersengar sedu sedan yang menggema nyaring menyambutku saat aku membuka mata. Aku tak menemukan siapapun disana. Yang ada hanya rupa baruku dengan kain putih melingkupi bagian bawah tubuh. Aku tak dapat merasakan birahi, apalagi hasrat dasar hati. Aku bagaikan singa yang telah digunduli dan tinggal menunggu giliran untuk dikuliti. Aku merasa dikhianati hingga tak berharga lagi. Hidupku hanya berjalan sangat lurus. Tak ada lagi loncatan-loncatan listrik dalam diri yang kadang datang memberi inovasi dan inspirasi. Tak ada lagi kebebasan yang membangkitkan jiwa-jiwa lelah dan tak bergairah. Tak ada lagi kesadaran untuk menguasai raga diri dalam kelindan hati makhluk lain. Prestise telah dikebiri oleh standar kepuasan lain yang hidup mengakar, bertumbuh, merimbun, dan menguasai hajat diri dalam hiruk pikuk dunia surgawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do you think, guys?