..what the relax thing have you done in this weekend? Cleaning off my private room, my answer.
Berawal dari rasa gerah dan tak nyaman yang melingkupi diri tatkala membersihkan sudut lemari dan rak komputer, aku bergegas menggeser kaki-kaki lemari dan rak ke arah luar. Tak dinyana, debu tebal dan sisa debu lama yang masih bercokol mesra di lantailah yang aku lihat. Tanpa banyak ba bi bu, aku langsung mengambil peralatan kebersihan yang paling utama yaitu sapu dengan kain pel. Kemudian aku lanjutkan dengan merapikan kabel komputer dan antek-anteknya, menggulung kabel sesuai jalurnya serta menempelkannya di dinding rak menggunakan selotip, pengganti ducting cabel. Aktivitas pembersihan adalah topik paling hits pada akhir pekan kali ini. Bukan karena aku yang terlalu rajin dalam menafsirkan kata bersih, namun ada lecutan dalam batin untuk mulai merapikan kondisi kamar dan membongkar isi lemari yang secara eksplisit terlihat rapi tapi secara implisit menjadi bom waktu bagiku.
Hari itu, aku mendapat tugas dari kantor untuk mengikuti training mengenai salah satu sistem manajemen kebiasaan karyawan yang diadaptasi dari negeri Sakura. Mengapa aku sebut sebagai sistem manajemen kebiasaan karyawan? Ya, karena inti dari materi training adalah bagaimana membiasakan karyawan hidup disiplin baik di dalam aktivitas pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Jadi, training ini mengajarkan materi general yang dapat langsung diimplementasikan dimana pun kita berada tanpa harus repot-repot menghafalkan klausul demi klausul seperti sistem manajemen lainnya. Training yang aku ikuti adalah 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke). Apakah itu? Training bahasa jepangkah? No. Training ini memang adaptasi dari Jepang, namun versi bahasa indonesianya pun sudah diciptakan dan dimplementasikan di berbagai perusahaan. Dia adalah 5R. Ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin. Ringkas berprinsip pemilahan barang yang diperlukan rutin, barang yang diperlukan sesekali, dan barang yang tak diperlukan. Rapi yaitu kegiatan penyusunan barang sesuai kelompoknya. Resik adalah aktivitas kebersihan rutin terhadap area/ruang/barang yang kita miliki. Rawat ialah suatu kegiatan perawatan secara konsisten dengan menerapkan prinsip 3R dalam tahapannya. Rajin yaitu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya dan senantiasa menjalankan 4R dengan baik sehingga rasa nyaman pun timbul. Terlihat sederhana dan familiar bukan? Yup. Semua istilah 5R tersebut sudah sangat familiar di dalam ruang pikiran kita semua. Dari kecil hingga dewasa, sebenarnya kita telah dididik untuk disiplin dalam menata hidup kita sendiri. Mulai dari bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat sekolah, les/ekstrakulikuler, makan siang, pulang sekolah, mandi, belajar, makan malam, tidur. Demikianlah roda aktivitas kita sehari-hari ketika kita masih dalam fase mencari identitas diri hingga menjadi mandiri. Namun, kita sering tak menyadarinya sehingga seolah-olah kita hidup hanya mengalir begitu saja tanpa adanya perubahan dan pembaharuan dari aktivitas rutin yang kita jalankan. Kemudian, kita sibuk dengan rutinitas kita, sibuk dengan hobi baru kita, sibuk dengan kemacetan yang memaksa kita untuk menghabiskan separuh hari kita di jalan hingga tak sempat lagi untuk berkaca dan melihat kondisi ruang privasi dan relaksasi pribadi. Ketika waktu telah bergegas pergi, meninggalkan jejak bilangan positif dengan deret hitung yang teratur, kita terlena dimanjakan zaman. Urbanisme dengan segudang hiruk pikuk didalamnya menjadi santapan utama sehari-hari. Instan dan siap saji adalah proses favorit yang diminati tiap insan era baru. Mereka tak lagi peduli bagaimana memeliharanya. Asal mudah dipakai dan trendi, itu sudah cukup. Sebagai contoh kecil adalah gadget baik handphone hingga notebook sampai tablet/pad. Setiap hari, ratusan merk gadget baru diciptakan, ribuan model diperbaharui, dan ratusan ribu hingga jutaan produk dijual. Konsumen kelas bawah hingga atas pun mau tak mau harus tergiur dengan iklan yang membahana, dipadu dengan promo besar-besaran yang sangat membuai. Tanpa perhitungan matang, satu demi satu gadget pun dibeli karena alasan model dan aplikasi yang sesuai dengan tuntutan zaman, tanpa meninggalkan gadget lama yang masih berfungsi dengan baik. Koleksi gadget bagaikan hamparan sampah plastik di tempat pembuangan akhir, hingga satu lemari pun tak cukup untuk menyimpan kemasannya yang akan mempengaruhi harga jual gadget secon, padahal dijual pun belum tentu laku. Akhirnya, persoalan penyimpanan menjadi momok tersendiri bagi kita yang hanya memiliki ruang serba terbatas dengan keinginan yang tak terbatas. Itu baru masalah gadget, belum lagi masalah alat elektronik lainnya yang juga secara periodik dibeli. Simpel namun pelik, demikianlah pilihan.
Sebagai perempuan yang juga hidup dalam labirin urbanis, aku pun merasakan hal yang sama. Ditambah lagi, aku termasuk orang yang gemar mengumpulkan kertas baik itu kertas berisi informasi penting maupun kertas dengan coretan tak jelas yang mungkin mengandung historikal didalamnya. Dahulu aku satukan semuanya didalam map dan kusimpan di lemari. Lama kelamaan, aku melihat adanya diferensiasi dari bentuk rak lemari yang mulai condong ke bawah dan membentuk huruf V. Segera aku pindahkan bebannya dan melakukan penyortiran terhadap isi lemari. Aku menemukan banyak sekali sampah kertas disana. Bila dikumpulkan bisa mencapai 3 kantong plastik besar. Sampah tersebut adalah sampah yang aku depositkan dari SMA hingga lulus kuliah. Surprisingly annoying when I realized that I'm a waste-collector. Dan ternyata, di sela-sela sampah tersebut terselip kehidupan yang tak aku inginkan. Seekor cecak berkembang biak disana. Second surprise jackpot was happened! Aktivitas pembersihan dan pemberian kamper pun dilakukan, dilanjutkan dengan penyusunan buku ke dalam lemari. Tiap minggu, aku usahakan memeriksa isi lemari serta mengelap debu yang entah darimana datangnya. Demikianlah. Mau tak mau, suka tak suka, ternyata terbukti, 5R berguna bagi kenyamanan kamar pribadi. Aku yang dahulu senang mengoleksi barang-barang tak penting, sekarang mulai sadar untuk tidak membeli apabila tidak membutuhkannya. Dahulu, hobiku adalah membeli majalah urban-life seperti go-girl magz dan reader digest. Namun, dengan tempat yang terbatas dan tak mungkin bertambah ini, aku menyiasatinya dengan mengganti pembelian majalah dan membuka versi online features. Namun, semua pun ada sisi plus dan minusnya. Plusnya adalah akses informasi dapat lebih mudah, murah, dan cepat tanpa butuh tempat penyimpanan. Minusnya, tampilan artikel tak sama dengan versi hard-copy-nya dan ada perasaan tak puas ketika membaca versi online dibandingkan dengan versi majalah aslinya.
Seiri-ringkas, Seiton-rapi, Seiso-resik, Seiketsu-rawat, Shitsuke-rajin merupakan sistem keteraturan yang ternyata diadaptasi dari kebiasaan baik di rumah. Apabila tempat kerja kita berantakan, maka dapat dipastikan lebih dari 80% area kamar atau rumah kita pun lebih berantakan dan tak tertata baik. Thanks to 5R, you have proded me to do whatever I've never done! I've changed, have you?
Berawal dari rasa gerah dan tak nyaman yang melingkupi diri tatkala membersihkan sudut lemari dan rak komputer, aku bergegas menggeser kaki-kaki lemari dan rak ke arah luar. Tak dinyana, debu tebal dan sisa debu lama yang masih bercokol mesra di lantailah yang aku lihat. Tanpa banyak ba bi bu, aku langsung mengambil peralatan kebersihan yang paling utama yaitu sapu dengan kain pel. Kemudian aku lanjutkan dengan merapikan kabel komputer dan antek-anteknya, menggulung kabel sesuai jalurnya serta menempelkannya di dinding rak menggunakan selotip, pengganti ducting cabel. Aktivitas pembersihan adalah topik paling hits pada akhir pekan kali ini. Bukan karena aku yang terlalu rajin dalam menafsirkan kata bersih, namun ada lecutan dalam batin untuk mulai merapikan kondisi kamar dan membongkar isi lemari yang secara eksplisit terlihat rapi tapi secara implisit menjadi bom waktu bagiku.
Hari itu, aku mendapat tugas dari kantor untuk mengikuti training mengenai salah satu sistem manajemen kebiasaan karyawan yang diadaptasi dari negeri Sakura. Mengapa aku sebut sebagai sistem manajemen kebiasaan karyawan? Ya, karena inti dari materi training adalah bagaimana membiasakan karyawan hidup disiplin baik di dalam aktivitas pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Jadi, training ini mengajarkan materi general yang dapat langsung diimplementasikan dimana pun kita berada tanpa harus repot-repot menghafalkan klausul demi klausul seperti sistem manajemen lainnya. Training yang aku ikuti adalah 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke). Apakah itu? Training bahasa jepangkah? No. Training ini memang adaptasi dari Jepang, namun versi bahasa indonesianya pun sudah diciptakan dan dimplementasikan di berbagai perusahaan. Dia adalah 5R. Ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin. Ringkas berprinsip pemilahan barang yang diperlukan rutin, barang yang diperlukan sesekali, dan barang yang tak diperlukan. Rapi yaitu kegiatan penyusunan barang sesuai kelompoknya. Resik adalah aktivitas kebersihan rutin terhadap area/ruang/barang yang kita miliki. Rawat ialah suatu kegiatan perawatan secara konsisten dengan menerapkan prinsip 3R dalam tahapannya. Rajin yaitu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya dan senantiasa menjalankan 4R dengan baik sehingga rasa nyaman pun timbul. Terlihat sederhana dan familiar bukan? Yup. Semua istilah 5R tersebut sudah sangat familiar di dalam ruang pikiran kita semua. Dari kecil hingga dewasa, sebenarnya kita telah dididik untuk disiplin dalam menata hidup kita sendiri. Mulai dari bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat sekolah, les/ekstrakulikuler, makan siang, pulang sekolah, mandi, belajar, makan malam, tidur. Demikianlah roda aktivitas kita sehari-hari ketika kita masih dalam fase mencari identitas diri hingga menjadi mandiri. Namun, kita sering tak menyadarinya sehingga seolah-olah kita hidup hanya mengalir begitu saja tanpa adanya perubahan dan pembaharuan dari aktivitas rutin yang kita jalankan. Kemudian, kita sibuk dengan rutinitas kita, sibuk dengan hobi baru kita, sibuk dengan kemacetan yang memaksa kita untuk menghabiskan separuh hari kita di jalan hingga tak sempat lagi untuk berkaca dan melihat kondisi ruang privasi dan relaksasi pribadi. Ketika waktu telah bergegas pergi, meninggalkan jejak bilangan positif dengan deret hitung yang teratur, kita terlena dimanjakan zaman. Urbanisme dengan segudang hiruk pikuk didalamnya menjadi santapan utama sehari-hari. Instan dan siap saji adalah proses favorit yang diminati tiap insan era baru. Mereka tak lagi peduli bagaimana memeliharanya. Asal mudah dipakai dan trendi, itu sudah cukup. Sebagai contoh kecil adalah gadget baik handphone hingga notebook sampai tablet/pad. Setiap hari, ratusan merk gadget baru diciptakan, ribuan model diperbaharui, dan ratusan ribu hingga jutaan produk dijual. Konsumen kelas bawah hingga atas pun mau tak mau harus tergiur dengan iklan yang membahana, dipadu dengan promo besar-besaran yang sangat membuai. Tanpa perhitungan matang, satu demi satu gadget pun dibeli karena alasan model dan aplikasi yang sesuai dengan tuntutan zaman, tanpa meninggalkan gadget lama yang masih berfungsi dengan baik. Koleksi gadget bagaikan hamparan sampah plastik di tempat pembuangan akhir, hingga satu lemari pun tak cukup untuk menyimpan kemasannya yang akan mempengaruhi harga jual gadget secon, padahal dijual pun belum tentu laku. Akhirnya, persoalan penyimpanan menjadi momok tersendiri bagi kita yang hanya memiliki ruang serba terbatas dengan keinginan yang tak terbatas. Itu baru masalah gadget, belum lagi masalah alat elektronik lainnya yang juga secara periodik dibeli. Simpel namun pelik, demikianlah pilihan.
Sebagai perempuan yang juga hidup dalam labirin urbanis, aku pun merasakan hal yang sama. Ditambah lagi, aku termasuk orang yang gemar mengumpulkan kertas baik itu kertas berisi informasi penting maupun kertas dengan coretan tak jelas yang mungkin mengandung historikal didalamnya. Dahulu aku satukan semuanya didalam map dan kusimpan di lemari. Lama kelamaan, aku melihat adanya diferensiasi dari bentuk rak lemari yang mulai condong ke bawah dan membentuk huruf V. Segera aku pindahkan bebannya dan melakukan penyortiran terhadap isi lemari. Aku menemukan banyak sekali sampah kertas disana. Bila dikumpulkan bisa mencapai 3 kantong plastik besar. Sampah tersebut adalah sampah yang aku depositkan dari SMA hingga lulus kuliah. Surprisingly annoying when I realized that I'm a waste-collector. Dan ternyata, di sela-sela sampah tersebut terselip kehidupan yang tak aku inginkan. Seekor cecak berkembang biak disana. Second surprise jackpot was happened! Aktivitas pembersihan dan pemberian kamper pun dilakukan, dilanjutkan dengan penyusunan buku ke dalam lemari. Tiap minggu, aku usahakan memeriksa isi lemari serta mengelap debu yang entah darimana datangnya. Demikianlah. Mau tak mau, suka tak suka, ternyata terbukti, 5R berguna bagi kenyamanan kamar pribadi. Aku yang dahulu senang mengoleksi barang-barang tak penting, sekarang mulai sadar untuk tidak membeli apabila tidak membutuhkannya. Dahulu, hobiku adalah membeli majalah urban-life seperti go-girl magz dan reader digest. Namun, dengan tempat yang terbatas dan tak mungkin bertambah ini, aku menyiasatinya dengan mengganti pembelian majalah dan membuka versi online features. Namun, semua pun ada sisi plus dan minusnya. Plusnya adalah akses informasi dapat lebih mudah, murah, dan cepat tanpa butuh tempat penyimpanan. Minusnya, tampilan artikel tak sama dengan versi hard-copy-nya dan ada perasaan tak puas ketika membaca versi online dibandingkan dengan versi majalah aslinya.
Seiri-ringkas, Seiton-rapi, Seiso-resik, Seiketsu-rawat, Shitsuke-rajin merupakan sistem keteraturan yang ternyata diadaptasi dari kebiasaan baik di rumah. Apabila tempat kerja kita berantakan, maka dapat dipastikan lebih dari 80% area kamar atau rumah kita pun lebih berantakan dan tak tertata baik. Thanks to 5R, you have proded me to do whatever I've never done! I've changed, have you?
1 komentar:
artikelnya keren.. selalu banyak.. hahaha
Posting Komentar
what do you think, guys?