Dua anak
perempuan itu berlari dengan gembira, saling susul menyusul. Tak ada raut wajah
kecewa, walau sepatu mulus mereka lengket oleh tanah lumpur bekas hujan
semalam.
Seperti
biasa, Hari Minggu pagi merupakan jadwal sebagian besar warga untuk
berolahraga. Hal ini didukung oleh program Car Free Day (CFD) di Kawasan
Jendral Soedirman, Bogor, dari pukul 06.00-09.00 WIB. Namun, nyatanya, banyak
juga orang-orang yang beralih ke lapangan agar dapat berolahraga nyaman tanpa
pedagang. Salah satu lapangan yang banyak digunakan oleh warga Bogor untuk
berolahraga adalah Gelanggang Olah Raga (GOR) Pajajaran. Warga Bogor yang
mengenyam pendidikannya di Kota Bogor pasti pernah mencicipi olahraga di GOR
Pajajaran ini. Tak terkecuali saya. Di benak saya, masih terekam jelas suasana
saat saya berolahraga di GOR Pajajaran 10-15 tahun silam. Saat itu, GOR
Pajajaran tak hanya digunakan untuk kegiatan pendidikan olahraga sebagai mata
pelajaran di sekolah, namun juga sebagai tempat para atlet berlatih olahraga. Cabang
olahraga sepakbola, basket, karate, renang, dan atletik menghidupkan semangat
GOR Pajajaran agar tetap berguna. Kiprahnya dapat terdengar hingga saat ini. GOR
Pajajaran pun akan digunakan sebagai rute awal Kirab Api Pekan Olahraga
Nasional (PON) XIX September mendatang.
Kenangan
indah akan kenyamanan berolahraga di GOR Pajajaran satu dekade lalu membawa
saya kembali menjadi pelanggan setia GOR Pajajaran. Karena olahraga murah meriah
yang tak membutuhkan banyak properti adalah lari, maka saya pun bergegas pada
Minggu pagi untuk mencoba lari dengan aplikasi NikeRun+ sebagai pelatih virtual
saya. Saat sampai di depan gerbang GOR Pajajaran, saya terkejut dan hampir tak
mengenali. Bau tak sedap dan sampah plastik berceceran di depan pintu masuk.
Belum lagi coretan vandalisme mencederai tiap sudut dinding. Pelapis dinding
pun sudah banyak yang berjamur dan terkelupas. Oh, inikah GOR Pajajaran yang
saya gunakan satu dekade lalu untuk berolahraga? Saya pun masuk lebih dalam.
Tampak kamar mandi dan ruang ganti yang sangat tak terawat. Lantai dan kondisi
toilet kotor, berbau sangat tak sedap, pintu rusak, banyak sarang laba-laba,
dan lumayan gelap. Oh! Saya sangat tak mengenali.
Kamar Mandi dan Kamar Ganti di GOR Pajajaran (Sumber : foto pribadi) |
Dua
pilihan yang dapat saya ambil saat itu, pergi ke kantor administrasi GOR
Pajajaran yang terletak persis di depan atau pura-pura tak peduli dan
melanjutkan kegiatan olahraga lari. Karena Hari Minggu dan kantor ternyata tak
beroperasi, maka saya memillih opsi kedua. Saya pun bergegas menuju ke salah
satu bangku kecil yang terletak di pinggir lapangan untuk menaruh tas dan botol
minuman. Hal ini yang menjadi kelebihan GOR dibandingkan lapangan lainnya untuk
berolahraga, yaitu adanya bangku kecil sebagai tempat istirahat sementara
dan/atau menaruh barang saat empunya berolahraga. Karena tidak terlalu banyak
orang yang berolahraga, sehingga saya kira barang saya aman-aman saja. Walau,
perlu waspada juga dengan tidak menaruh barang berharga di dalamnya. Kondisi
bangku tersebut sepertinya masih sama dengan satu dekade lalu. Namun, atap
kecil yang menaunginya sudah agak renyot dan mungkin bisa saja roboh
sewaktu-waktu bila ada angin kencang menerpa.
Saya
bergegas melakukan pemanasan dengan stretching sebelum berlari. Kebetulan, saat
itu ada beberapa orang dewasa dan remaja, memakai kaus bertuliskan kejuaraan
salah satu olahraga, yang juga melakukan pemanasan. Saya rasa mereka adalah
atlet. Maka, saya pun mengikuti ritme mereka. Lumayan, membuat badan adaptasi
dengan hentakan saat berlari. Mulailah saya berlari dengan target 5K sebagai
pemula.
Banyak
hal unik yang saya temui saat berlari. Dari mulai tanah berlumpur yang demikian
lengket menempel pada sepatu saya dan membuat tak nyaman saat berlari. Lalu,
rumput-rumput liar yang tumbuh di hampir sepanjang track lari dan adanya
batu-batu ukuran sedang yang menghalangi, membuat beberapa kali saya hampir
tersandung. Kubangan air yang menghiasi sepanjang sisi timur track. Hal ini
yang membuat saya bertanya, ini sawah atau track lari, sih? Apakah ini akibat
hujan deras yang mengguyur Bogor semalam? Selain itu, bentuk-bentuk vandalisme
pun banyak ditemukan di sepanjang putaran lapangan, seperti tribun yang kotor
dan penuh sampah serta coretan di tiap dinding dan pintu. Sungguh menyedihkan
kondisi GOR Pajajaran. Sepanjang saya berlari, terbersit pertanyaan besar,
siapakah yang bertanggung jawab terhadap perawatan dan pemeliharaan GOR
Pajajaran? Apakah Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Bogor sebagai representasi
Pemerintah Kota Bogor? Mengapa kalah jauh dengan GOR milik Kabupaten Bogor? Dan
pertanyaan-pertanyaan turunan lainnya yang membuat geregetan.
Rumput liar di sekitar track lari yang hampir membuat saya tersandung. (Sumber : foto pribadi) |
Track lari berlumpur :( (Sumber : foto pribadi) |
Menilik kondisi GOR Pajajaran yang saya pikir
tidak layak, sebagai warga Bogor yang rutin menggunakan GOR sebagai tempat
olahraga, jelas merasa dirugikan. Saya pun bingung mengenai media mana yang
dapat menaungi aspirasi ini. Saya sudah mencoba media twitter yaitu
@KanporaBogor serta alamat daring : kanpora.kotabogor.go.id namun tidak ada
tanggapan. Malah, apabila kita buka daringnya dan melihat bagian visi misi-nya,
saya merasa ganjil. Visinya adalah terwujudnya kepemudaan dan keolahragaan Kota
Bogor yang berdaya saing. Misinya yaitu 1). Mengembangkan perekonomian
masyarakat yang bertumpu pada jasa perdagangan ; 2). Mewujudkan kota yang
bersih dengan sarana dan prasarana, transportasi yang berkualitas ; 3).
Meningkatkan kualitas SDM dengan pemekaran pada pemutusan Wajib Belajar 12
tahun serta peningkatan kesekatan dan keterampilan masyarakat ; 4). Peningkatan
pelayanan publlik dan partisipasi masyarakat. Sedangkan ada beberapa tujuan
juga yang disasar seperti : 1). Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
masyarakat yang unggul ; 2). Meningkatkan kualitas pemuda melalui IPTEK dan
ImTaq ; 3). Memfasilitasi sarana dan prasarana olahraga ; 4). Meningkatkan
kontribusi terhadap PAD Kota Bogor. Setelah saya baca, malah timbul pertanyaan,
mengapa misinya tidak fokus ke bidang keolahragaan sedangkan visinya
jelas-jelas tentang pemuda dan olahraga? Lalu, apakah berarti tujuan nomor 3
belum terwujud dengan baik mengingat GOR Pajajaran yang demikian tak terawat?
Tak
adil rasanya apabila komplain tanpa memberi rekomendasi solusi. Dari kacamata
saya sebagai warga Bogor, mungkin Kantor Pemuda dan Olahraga (Kanpora) Kota
Bogor dapat mencoba mengomunikasikan dan mensosialisasikan program kerja
terkait pemuda dan olahraga kepada masyarakat. Dalam hal ini, Kanpora dapat
mencontoh pola komunikasi Pemerintah Kota Bogor yang melibatkan komunitas
kepemudaan dan masyarakat Bogor untuk bahu membahu memperbaiki kekurangan dan
mengoptimalkan potensi yang ada dengan tujuan untuk menciptakan kemajuan ke
depannya. Contoh konkritnya semisal revitalisasi GOR Pajajaran sehingga para
atlet hingga masyarakarat umum dapat nyaman dan aman dalam berolahraga. Saya
kira, revitalisasi GOR pun dapat menjawab tujuan sebagian besar tujuan Kanpora
Kota Bogor. Apabila semisal dananya kurang, Kanpora dapat mensosialisasikan hal
ini kepada masyarakat untuk ikut iuran, asal transparan. Dengan kolaborasi
antara Kanpora sebagai perwakilan pemerintah dan masyarakat sebagai warga
Bogor, masalah pun dapat diubah menjadi
kekuatan untuk bersama bergerak ke arah kemajuan kepemudaan dan olahraga
Kota Bogor.
Mungkin,
dua anak perempuan di atas akan lebih bahagia saat berlari bersama, karena sepatunya
tak lagi lengket akibat menginjak tanah lumpur. Walau senyum tidak
menyelesaikan masalah, namun setidaknya dapat menghasilkan rekomendasi solusi
dibandingkan mengeluh dalam diam.
Dokumentasi lainnya :
Perbuatan alay* manakah ini? Tampak depan dari bangunan GOR Pajajaran. (Sumber : foto pribadi) |
Vandalisme di sekitar lingkungan GOR Pajajaran. (Sumber : foto pribadi) |
Catatan : *alay : anak layangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?