Menyadur salah satu lirik lagu lawas yang telah
disesuaikan, maka judul diatas pun dipilih untuk mengabadikan salah satu momen
berharga dalam hidup, menginjakkan kaki ke sebuah ibukota di pulau seberang.
Sebenarnya, sudah beberapa kali dalam sejarah hidup, saya ditugaskan ke unit di
Medan, namun ini adalah kali pertama saya pergi sendiri. Awalnya, memang agak
takut karena saya belum terlalu familiar dengan lingkungannya yang sangat
berbeda dengan keseharian saya, namun dengan modal nekad, semua dapat
ditanggulangi dengan baik, bahkan mengguratkan sebuah catatan pribadi baru,
unforgettable moment in life.
Seperti biasa, saat matahari belum menampakkan
diri, saya sudah bertengger manis dalam bus damri. 2 jam sebelum jadwal boarding,
saya sudah menapakkan kaki di bandara kebanggaan ibukota. Ditemani dengan bubur
dan sebuah buku, saya menunggu waktu. Lebih baik menunggu daripada terlambat,
apalagi ini tidak main-main, bila telat sedikit rusaklah simpanan sebelanga
ditambah interogasi kalau tagihannya ingin diganti. Hehe.
Tengah hari, saya pun sampai di bandara terbaru
kepunyaan orang Sumatera Utara, Bandara International Kualanamu. Desain yang
minimalis dipadu dengan sentuhan arsitektur ala negeri tetangga membuat bandara
ini lebih kinclong dibandingkan dengan bandara Soetta. Namun, sayangnya, tidak
seperti Polonia, di Kualanamu ini saya belum menemukan motif ukiran-ukiran khas
batak di sudut dan gerbang bandaranya. Padahal, motif ukiran batak inilah yang
saya nantikan. Ada unsur magis yang menghipnotis tatkala saya memandangnya.
Entahlah, mungkin saya jatuh cinta. Mungkin.
Saya menginap di sebuah hotel di Jalan Pemuda no.
22. Namanya Hermes Palace. Lokasinya tepat di depan nasi goreng Jalan Pemuda, di
seberang restoran Marimar, di sebelah toko kue C&F, di belakang supermarket
Berastagi 2, dan tak jauh dari jalan Wajir yang terkenal dengan kulinernya. Hotel
Hermes ini merupakan hotel bintang 3 yang sangat terjangkau harganya. Untuk
kamar standar (single bed/double bed – non jendela) harganya berkisar antara
Rp. 380.000 – 450.000. Untuk kamar deluxe (single bed/double bed – ada jendela)
harganya berkisar antara Rp.550.000 keatas. Untuk lebih jelasnya silakan
kunjungi websitenya. Dari namanya saja sudah tergambar sebuah suasana eksklusif
ala desain tas berkelas. Namun, ternyata di Medan, penamaan ala barat merupakan
sebuah kebiasaan tersendiri. Sebut saja Cambrige atau Karibia. Walaupun kalau
saya sih, lebih suka penamaan hotel ala Indonesia. Bukannya sok nasionalis,
tapi ya memang begitu kenyataannya, mau gimana lagi? Hehe. Sebelumnya, saya
sudah pernah menginap disini, bedanya dulu ada teman, sekarang ya sendirian.
Tapi tak mengurangi semangat dalam memaksimalkan kesempatan di Medan, apalagi
kalau bukan jalan-jalan dan berkuliner-ria, hehe.
Nah, pada hari pertama ini secara tak sengaja saya
menghubungi teman kuliah saya yang sedang ditugaskan di Medan. Dan, voila! Dia
ternyata bisa menemani saya berkuliner sekaligus reuni kecil-kecilan. Teman
saya ini benama Akbar, seorang konsultan SAP di sebuah perusahaan swasta. Tanpa
banyak kata, kami langsung meluncur ke Seafood Wajir yang berada tak jauh dari
belakang hotel saya. Ini kali pertama saya mencicipi seafood yang konon
terkenal di Medan. Kami memesan ikan kakap cabe ijo, udang telur asin, dan
kangkung belacan. Ini dia penampakannya :
Dari segi rasa memang sangat meggugah selera. Ikannya manis, udangnya gurih, dan kangkungnya terasi sekali. Tak kecewa saya menginap di Hermes Palace. Hari pertama saja sudah membuat mood melambung tinggi, apalagi hari berikutnya? Plus, ditemani seorang teman lama, bercerita mengenai kehidupan pasca kuliah. Sebuah pembincangan yang selalu hangat untuk dibicarakan dan disimak. Terlebih karena hidup selalu menawarkan berjuta pilihan dengan akhir yang tak dapat ditebak. Sekali kita melabuhkan sebuah pilihan, ada saja kejutan yang tercipta di dalamnya, tanpa kita meminta apalagi berharap. Seperti Akbar. Karena pekerjaannya bersifat project-based, maka ia pun harus rela hidup jauh dari keluarga dan beradaptasi terus dengan lingkungan baru baik dalam tim maupun perusahaan kliennya. Namun, dari semua konsekuensi tersebut banyak bonus yang terselip di dalamnya. Travelling around Indonesia, exploring new atmosphere, and trying more signature culinaries. Buat saya sih, itu sangat amat cukup. Jalan-jalan, berkuliner, berkenalan dengan teman baru, plus menjepret tiap momen menjadi hal yang sangat indah dalam hidup. Secara tak langsung, membuat kita jadi tambah dewasa dan tambah berpikir simpel namun strategik. Bagaimana beradaptasi dengan hal yang tidak kita bayangkan sebelumnya dengan tetap menuntaskan perjalanan sesuai rencana? Travelling can answer them all.
Kakap Cabe Ijo |
Kangkung Belacan |
Udang Telur Asin |
Dari segi rasa memang sangat meggugah selera. Ikannya manis, udangnya gurih, dan kangkungnya terasi sekali. Tak kecewa saya menginap di Hermes Palace. Hari pertama saja sudah membuat mood melambung tinggi, apalagi hari berikutnya? Plus, ditemani seorang teman lama, bercerita mengenai kehidupan pasca kuliah. Sebuah pembincangan yang selalu hangat untuk dibicarakan dan disimak. Terlebih karena hidup selalu menawarkan berjuta pilihan dengan akhir yang tak dapat ditebak. Sekali kita melabuhkan sebuah pilihan, ada saja kejutan yang tercipta di dalamnya, tanpa kita meminta apalagi berharap. Seperti Akbar. Karena pekerjaannya bersifat project-based, maka ia pun harus rela hidup jauh dari keluarga dan beradaptasi terus dengan lingkungan baru baik dalam tim maupun perusahaan kliennya. Namun, dari semua konsekuensi tersebut banyak bonus yang terselip di dalamnya. Travelling around Indonesia, exploring new atmosphere, and trying more signature culinaries. Buat saya sih, itu sangat amat cukup. Jalan-jalan, berkuliner, berkenalan dengan teman baru, plus menjepret tiap momen menjadi hal yang sangat indah dalam hidup. Secara tak langsung, membuat kita jadi tambah dewasa dan tambah berpikir simpel namun strategik. Bagaimana beradaptasi dengan hal yang tidak kita bayangkan sebelumnya dengan tetap menuntaskan perjalanan sesuai rencana? Travelling can answer them all.
Seafood Wajir dan teman lama adalah jawaban atas
kesendirian di Medan. Maklumlah, untuk saat ini, rekan kerja tak suka bila
diajak ngebolang untuk kulineran. Jadi, sendiri adalah bonus takdir yang tak
boleh disia-siakan. Hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?