Good morning, Bangkok! Sabai dee
mai? (apa kabar?)
Pukul 05.30,
matahari masih malu-malu untuk terbit. Lalu lintas sudah mulai terasa dan
orang-orang pun mulai berdatangan ke BTS Station Phaya Thai. Karena lokasi
kamar kami di lantai 2 dan jendela langsung menghadap ke arah jalanan, maka
kami pun dapat memantau kondisi jalanan. Cuaca di Sabtu pagi ini agak mendung.
Mungkin efek dari terik matahari yang tak ada ampun di hari-hari kemarin. Rekan
saya masih terlelap dengan nikmat di dalam balutan selimut jadulnya. Saya sih,
sudah bangun karena sehabis menunaikan shalat subuh, mata ini tak dapat
terpejam kembali. Akhirnya saya memutuskan untuk membuka internet dari wifi
hotel, dan berhasil..hore! Saya pun iseng membuka sosial media dan mengecek
website madame tussaud yang rencananya akan saya kunjungi hari ini. Jujur, ini
adalah kali pertama saya mengunjungi madame tussaud. Tiket yang ditawarkan pun
ada 2 jenis yaitu tiket on the spot dan online. Harga tiket on the spot adalah
800 Baht setara dengan Rp. 280.000,- ya lebih mahal Rp. 30.000,- dari tiket
Dufan sedangkan tiket online dapat didiskon hingga 50% namun pembayaran harus
dengan credit card. Unfortunatelly, I don’t have any credit cards, so just
buying on the spot ticket. Jam buka madame tussaud ini adalah pukul 10.00-18.00
tiap hari. Saya pun langsung berniat untuk menuju ke Siam Discovery yang
menjadi lokasi madame tussaud. Pukul 08.00 saya pun segera berkemas. Tak lupa
saya beritahu juga informasi ini ke rekan saya, but unfortunatelly, because of
the ticket was so expensive, she deciced not to go there. Maybe, she’ll save
money for others. I don’t know. Okay, I am not being influenced by her
decision. I was on my way to go there as my plan. Pukul 09.00 kami turun ke
lantai 1 untuk sarapan. Agak kaget sih melihat menu yang disajikan sangat
minimalis dibandingkan hotel terdahulu. Nasi goreng, bubur (entah daging apa),
ham (entah daging babi atau sapi), telur mata sapi setengah matang, roti, dan
minuman. Saya pun memilih nasi goreng, telur mata sapi, setangkup roti, dan teh
hangat. Lumayan cukuplah untuk sarapan. Memang ya harga tidak berbohong.
Mungkin karena harga yang murah dan strategis, maka fasilitas yang ditawarkan
pun tak terlalu muluk-muluk, hanya dalam batas cukup saja.
Setelah
sarapan, saya berpisah. Berbekal buku panduan wisata ke Thailand dan peta, saya
naik ke Stasiun BTS Phaya Thai untuk pertama kalinya. Pembelian tiket dilakukan
dengan otomatis dimana kita tinggal lihat tujuan BTSnya yang terpampang
disebelah mesin tiket, lalu kita tekan tombol tujuan, dan masukkan koin seharga
tiket, voila! Tiket pun otomatis keluar. Canggih sekali, bila dibandingkan
dengan KRL di Indonesia. Di BTS ini disediakan juga loket dengan karyawan
didalamnya, fungsinya adalah untuk penukaran uang kertas menjadi koin dan untuk
informasi BTS bagi turis. Setelah tiket ditangan, maka langkah kedua adalah
mencari rute rel yang akan saya naiki. Lalu, naik BTS deh. Di lantai stasiun di
cat warna kuning yang berarti bahwa kita dilarang menginjak garis kuning
tersebut. Kemudian, ada pula panah penunjuk arah yang berarti bahwa penumpang
silakan mengantri di panah tersebut yang menandakan lokasi pintu BTS. Interior
BTS sungguh memesona. Di tiap bagian pintu sebelah atas terdapat peta BTS yang
memiliki lampu, lampu hijau adalah rute yang dilalui oleh BTS yang kita naiki,
lampu merah adalah rute BTS lain, dan apabila kita sudah sampai di sebuah
stasiun, maka lampu BTS di stasiun tersebut akan berkedip-kedip. Selain itu,
ada pengumuman mengenai stasiun BTS yang dituju. Sebenarnya, tempat duduk di
BTS ini mirip KRL ekonomi Bogor-Jakarta, namun lebih bersih dan rapi. Lantainya
pun masih kinclong sekali, dan yang paling mendasar adalah tidak ada budaya
dorong mendorong dan saling berebut tempat duduk seperti lazimnya penumpang
KRL. Hahaha.
|
Phaya Thai BTS Station |
|
Hello, BTS! |
Saya
turun di stasiun Siam yang merupakan 1 stasiun setelah Phaya Thai. Stasiun BTS
ini langsung terhubung dengan mall-mall disekitarnya yaitu Siam Centre yang
didalamnya terhubung lagi dengan Siam Discovery. Saya pun dengan langkah seribu
langsung menyerbu mall Siam Centre. Ya, seperti lazimnya mall di Jakarta
layaknya Grand Indonesia penampakan Siam Centre ini. Namun, lebih sepi. Sambil
mencari petunjuk ke Madame Tussaud, saya pun melirik kiri kanan, window
shopping. Harga yang ditawarkan hampir sama seperti mall di Jakarta, kisaran
ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Pukul 11.00 saya pun sampai di Madame
Tussaud. Setelah membeli tiket, saya pun masuk ke dalamnya. Mesmerizingly,
great! Saya disambut dengan patung lilin dengan kostum ala Thailand. Lalu,
disambut pula dengan pose Raja Bhumibol Adulyade dan Ratu Sirikit. Masuk ke
dalam, suasana agak lumayan sepi, saya pun melancarkan aksi foto sendiri. Walau
hasilnya kurang bagus, namun lumayanlah, sambil sesekali curi pandang ke
pengunjung lain siapa tahu bisa dimintakan bantuannya untuk mengambil foto saya.
Eh, tak dinyana, ada pengunjung yang bisa diminta bantuannya. Ternyata, mereka
pun berasal dari Indonesia. What a coincidence! Akhirnya beberapa foto diambil
olehnya. Dia adalah Luki dan ibunya yang berasal dari Jakarta. Mereka
backpacker ke Thailand berdua, tanpa ikut rombongan tour. Nice. Kemudian, saya
pun jalan ke dalam lagi, eh ternyata ada orang Indonesia pula disini. Namanya
Mbak Vida. Beliau pun bernasib sama dengan saya, pergi ke Madame Tussaud
sendiri, dan mencari teman untuk melakukan pengambilan foto. What a second
coincidence!! Akhirnya, kami berjalan berdua, saling memfotokan dan mengarahkan
gaya masing-masing. Mulai dari Soekarno ,Obama, Oprah, hingga Angelina Jolie.
Lumayan sekali, ternyata tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Sendiri
hingga akhir perjalanan di museum. Di akhir perjalanan, kami pun masing-masing
foto dengan aktor legendaris, Jackie Chan, mengenakan kostum ala China.
Terakhir, kami pun mampir sebentar ke toko souvenir. Saya membeli gantungan
kunci dan magnet untuk oleh-oleh. Huaah..puas!!
|
Between 2 world's leader |
|
With Obama's |
|
Interview with Oprah |
|
With Jackie Chan in chinese costume |
|
Madame Tussaud showed me her statue |
After
Madame Tussaud, what next? Chatuchak Market for sure! Sebenarnya, saya
berencana ke Chatuchak bersama rekan, namun entah kenapa saya telpon dan sms
tidak ada respon, akhirnya saya dan Mbak Vida pun memutuskan untuk langsung pergi
ke Chatuchak naik BTS Siam dan turun di Mo Chit Station. Hari semakin siang dan
cuaca semakin terik membara. Kami putuskan untuk membeli payung untuk Mbak Vida
sedangkan saya sendiri memang selalu membawa payung di tas. Destinasi pertama
kami adalah penjual air mineral dingin seharga 10 Baht saja dilanjutkan dengan
melihat-lihat baju dan mainan anak untuk anaknya Mbak Vida. Lalu, kami pun
berhenti sebentar untuk membeli sticky rice with mango. Segarnya, tak
terkalahkan oleh apapun. Barulah setelah itu, kami berjibaku mencari barang
yang kami inginkan. Chatuchak Market ini hanya buka di akhir pekan saja. Disini
terdapat lebih dari 8 ribu kios yang menjual bermacam barang mulai dari baju,
aksesoris, sepatu, tas, makanan, minuman, dekorasi rumah, souvenir, dan lain
sebagainya. Kami menyusuri gang demi gang, baju kaos beraneka model dan desain
tersedia disini.
|
An egde of Chatuchak Weekend Market |
Saya pun kalap membeli 4 kaos dan 1 kemeja disini. Belum lagi
makanan dan souvenir yang saya beli pula. Entah sudah menghabiskan berapa ribu
baht saya disini. Yang jelas, seperti Pasar Pratuman, gairah berbelanja semakin
menggelora mengalahkan rasa pegal yang kian menggerogoti. Kalau saja saya tak
ingat kapasitas koper maksimal 20 kg, maka mungkin sampai tutup pun saya akan
terus berjalan menyusuri kios demi kios. Hehe. Di sela belanja, kami makan
siang di salah satu kedai di tengah pasar. Kami memesan soup noodle beef.
Penjualnya pakai kerudung sehingga pastilah halal. Kami pun memesan minuman
yang segar khas kedai tersebut yaitu ice longan tea. Hot meets ice were so
heaven! Setelah kenyang, kami lanjutkan hingga hampir pukul 17.00. Tak terasa
kira-kira 4 jam sudah kaki kami berjuang dalam gang sempit Chatuchak Market.
Karena saya memang berniat ke MBK untuk membeli tas dan kaos (again) maka kami
pun langsung tancap gas naik BTS. Di dalam BTS, kami berdiskusi dan bertanya ke
penumpang (yang kami kira) penduduk Thailand tentang stasiun terdekat ke MBK.
Tiba-tiba ada 2 turis (yang selanjutnya kami ketahui) berasal dari Inggris
menawarkan untuk pergi bersama ke MBK karena mereka pun ternyata berniat untuk
makan di MBK. Akhirnya, conversation pun dimulai, ya setidaknya mengasah
kemampuan berbahasa inggris saya langsung dengan native speaker, gratis pula.
Hehe. Hingga kami pun turun di stasiun berikutnya yaitu stasiun National
Stadium. Disini, ada budaya yang baik untuk ditiru, yaitu tiap ada lagu
kebangsaan diputar, siapapun baik itu orang asli Thailand atau turis,
diwajibkan untuk berdiri diam hingga lagunya berakhir. Seperti suatu bentuk
penghormatan kepada negara dan rajanya. Kami pun berjalan mengikuti ritme jalan
cepat turis tersebut. Kami berpisah di pintu masuk MBK. Hope we’ll see you
again next time. MBK telah kami tapak, tinggal mencari barang dan makanan yang
akan kami beli. Saya pun mampir sebentar ke toko makanan untuk membeli beberapa
keripik, buah tamarind, dan cabe kering Thailand. Guess what? Harganya lebih
miring dari Chatuchak lho! Mungkin bila ingin membeli makanan khas Thailand
untuk oleh-oleh, MBK-lah tempatnya. Namun untuk souvenir, kaos, dll Chatuchak,
Pratunam, dan Platinumlah pilihannya. Kami membeli barang-barang yang kami
inginkan. Saya dapat tas dan kaos, Mbak Vida dapat sepatu untuk anaknya. Hari
semakin malam, namun karena weekend, MBK semakin ramai. Agar tidak terlalu
malam sampai hotel, maka kami pun memutuskan untuk pulang naik BTS dan turun di
Phaya Thai. Disana, kami berpisah, saya jalan kaki menuju hotel dan Mbak Vida
naik taksi menuju hotelnya. But, we’ll keep contact each other thru whatsapp or
line.Ah, hari Sabtu ini memang penuh dengan lika-liku. Tadinya sudah siap saja
dengan kemungkinan jalan-jalan sendiri, namun ternyata, banyak teman dan
kenalan baru yang datang. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Bila saya
hanya mengikuti rekan saya untuk tidak ke Madame Tussaud, mungkin saya tidak
akan pernah bertemu dengan Mbak Vida, merasakan seninya menawar di Chatuchak
Market, hingga conversation gratis dengan native speaker dari Inggris.
Yeah..satu kata untuk Sabtu ini, PUAS! Thanks for destiny, God. God is always
good at all! =)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?