Hari ini
adalah hari terakhir kami tinggal di Bangkok. Setelah kemarin berpanas ria
menyusuri Pasar Chatuchak yang menyenangkan, hari ini saya mengantar rekan
untuk balik lagi ke Chatuchak. Hal ini karena adanya miss communication antara
kami dimana seharusnya sesuai dengan perjanjian awal, kami janjian di MBK lalu
bersama pergi ke Chatuchak. Namun, karena telepon dan sms yang entah kenapa
tidak masuk, sehingga kami pun secara tidak langsung berpisah. Saya bertemu
Mbak Vida yang senasib di Madame Tussaud dan langsung tancap gas ke Chatuchak
berharap sang rekan menyusul kesana. Ternyata, harapan tinggal harapan, sang
rekan hanya menggigit jari jalan-jalan di sekitar hotel.
Sekitar pukul
08.00, setelah sarapan, kami langsung pergi ke Chatuchak Weekend Market naik
BTS. Ah, BTS ini membuat saya ketagihan. Panggil saya norak bila tak suka.
Hehe. Morning in Mo Chit, means we arrived in Chatuchak Market. Terlihat banyak
pedagang kaki lima yang baru datang dan menggelar dagangannya. Mungkin kami
kepagian karena banyak kios yang belum buka. Ya karena saya hanya mengantar
rekan, so it’s all up to her, mau membeli apa dan di kios mana. Kami pun
berjalan menyusuri gang-gang kecil. Memang tidak seramai kemarin dan barang
yang dijajakan pun tidak selengkap kemarin. Dalam hati saya bersyukur,
untunglah saya sudah dengan puas berjalan kesana kemari di area Chatuchak
Market kemarin sehingga rasa penasaran saya pun sudah terbayar. Ketika sedang
asyik bertransaksi, terasa angin yang cukup kencang menyapu area Chatuchak.
Awan pun semakin mendung menggantung. Setelah kemarin udara panas memeras tubuh
untuk menghasilkan keringat, maka pagi ini hujan pun datang menyeimbangkan.
Maka, kami pun berteduh sekaligus menyusuri kios demi kios. Tak terasa waktu
telah menunjukkan pukul 09.30 dan hujan belum berhenti. Maka dengan kenekatan
hampir 100%, kami membelah hujan hanya dengan 1 payung. Dalam perjalanan menuju
ke BTS, akhirnya kami menemukan penjual payung. Rekan pun membeli seharga 120
Baht. Lalu, kami naik BTS dan sampailah kami di Phaya Thai. Disini, hujan besar
sudah digantikan oleh gerimis kecil. Kami pun bergegas hingga ke hotel,
menyiapkan semua bawaan dan memastikan agar tidak ada yang ketinggalan sampai
kami check-out pukul 11.00. Kami pun dijemput oleh Mr. Lie untuk bertolak ke Suvarnabhumi,
meninggalkan Bangkok dan seisinya. Sebelum sampai bandara, kami pun menghubungi
Mr. Thanakorn dan Ms. Wantanee untuk mengucapkan sayonara dan terima kasih atas
segala kemudahan dan keramahan yang diberikan. Pukul 12.00 kami sampai di
bandara. Setelah check-in, kami menunggu di ruang tunggu pesawat. Tepat pukul
14.00, kami masuk ke dalam pesawat dan bersiap terbang meninggalkan Bangkok
tercinta.
..Cause I’m
leaving on the jetplane, don’t know when I’ll be back again..
Ah,
Samutprakarn dan Bangkok, meninggalkan cerita tersendiri untuk saya. Bekerja
disambi liburan dadakan, menjadi backpacker, belajar membaca peta dengan baik
dan benar, berinteraksi dengan banyak orang Thailand, diajari bahasa Thailand,
adaptasi logat Thailand, icip-icip kuliner Thailand, foto-foto di kuil yang
menawan hati, hingga mengerahkan segala tenaga dan kemampuan untuk menawar
barang. Semua membutuhkan seni berkomunikasi. Apabila salah mengerti saja, bisa
berbeda arti dan jawaban. Ah, saya jadi ketagihan backpacker seperti ini. Seru
sekali menyelami kehidupan dan budaya bangsa lain. Pantas saja, ketika saya
membaca sebuah buku panduan wisata hingga beraliran novel perjalanan wisata,
saya selalu menemukan suatu buncahan rasa yang tertoreh dalam tiap frase dan
kalimat. Mungkin itulah definisi “passion for excitement” dalam nafas
kehidupan. Sebagian orang merasa sangat hidup ketika menuliskan apa yang ia
senangi. Mungkin, passion lain saya adalah menjadi backpacker dan menuliskan
apa yang saya alami serta rasakan dalam sebuah blog bahkan buku. Maybe someday.
Anyway,
setelah berlelah-lelah selama seminggu working hard, play harder, sampailah
kami di Jakarta. Wohoo. Apa kabar, Jakarta? Sepertinya masih gitu-gitu aja ya?
Masih macet, dorong-dorongan di KRL, jadwal KRL selalu tidak tepat, dan banyak
hal yang dapat dikeluhkan. Namun, walaupun rumput tetangga lebih hijau, perlu
dicamkan bahwa hujan batu di negeri sendiri pasti lebih baik dibandingkan hujan
emas di negeri tetangga. Just be grateful and go ahead with your passion to make
wonderful creation. Saying thanks to Thailand, you made my few days so
colorful, taught me how to adapt in new culture and circumstances.
..Sayonara,
sayonara, sampai berjumpa lagi..
Khop Khun Ka.
See you soon, Thailand!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?