Hari ini
adalah hari dimana kami harus menyelesaikan semua rencana kunjungan kami selama
di Thailand ini sendiri, tanpa bantuan Ibu Mulyorini. Okay, taking a deep
breath first. Walaupun kami merasa our english wasn’t as fluent as it should,
but just be confident, tried our best, and let God do the rest. Hari ini kami
berencana untuk visit plant untuk memahami proses produksi dan prosedur yang
melingkupinya. Lagi-lagi karena masalah bahasa Thailand yang sangat tidak kami
mengerti, maka semua prosedur harus diterjemahkan terlebih dahulu dalam bahasa
inggris sehingga kami dapat mengerti secara general. Namun, karena Ms. Wantanee
yang menjadi person in charge prosedur dan quality manual tidak terlalu fasih
berbahasa inggris, maka ia seringkali mendiskusikan pilihan kata untuk
menjelaskan kepada kami. Ya, sepertinya kami harus saling mengerti, karena kami
sama-sama tidak menggunakan bahasa inggris dalam keseharian sehingga agak kagok
juga. Itulah tantangannya. Just staying cool and did the best.
Setengah
hari dihabiskan dengan menjelaskan prosedur. Yeah, banyak hal yang membaut kami
miss understanding. Salah satunya adalah mengenai vacuum. Ms. Wantanee and
friends menjelaskan tentang vacuum dengan logat Thailand. She pronounced vacuum
with “we-kaam”. Saya dan rekan pun agak tercengang sekaligus merenung,
“we-kaam” apa maksudnya? Kami pun mengasumsikan “we-kaam” sebagai “wet-come”
dan mencoba memverifikasi kepada beliau. Ternyata, tet-tot! Asumsi kami salah
besar. Akhirnya, beliau menuliskan “we-kaam” yang ia maksud yaitu vacuum. Oh My
Godness! Karena perbedaan pengucapan menyebabkan perbedaan arti yang kami
maksud. Jadi, kami berkesimpulan bahwa orang Thailand itu, “v” dibaca “w” dan
“u” selalu dibaca “a”. Maka, kami pun harus pasang telinga baik-baik dan
mencerna tiap kata yang mereka ucapkan. Jangan-jangan beda pengucapan lagi.
Inilah tantangan sebenarnya. Hahaha.
Setengah hari
berikutnya dihabiskan untuk menjelaskan proses langsung ke lapangan. Proses
produksinya lumayan panjang karena Thanakorn ini mengimpor bahan baku berupa
seed/biji kedelai dan bunga matahari, lalu diekstraksi menjadi crude oil, lalu
barulah dimurnikan hingga menjadi Refined Bleached Deodorized Soya Bean Oil/
Sunflower Oil dengan by products berupa lesitin dan pellet untuk bahan pakan
ternak. Walaupun tidak semua proses kami sambangi, namun sebagian besar proses
dijelaskan oleh Ms. Wantanee. Beliau mengajak kami ke refinery section. Disini
ada teknologi baru yang diklaim menjadi teknologi paling mutakhir diantara
pabrik minyak kedelai lain dan Thanakorn adalah satu-satunya pabrik yang
memiliki teknologi ini. Ice Condencing System (ICS) adalah high-end technology
yang berhubungan dengan proses deodorisasi minyak sehingga menghasilkan minyak
dengan 0% trans fatty acid (asam lemak trans) yang tidak baik baik tubuh.
Proses ICS ini pada dasarnya menggunakan teknik vakum dimana es yang berada
dalam tangki yang berhubungan dengan tangki deodorisasi sedikit demi sedikit
meleleh berubah menjadi gas vakum dan mendinginkan minyak di dalam deodorisasi
sehingga suhu di dalam deodorisasi tidak terlalu tinggi yang dapat menyebabkan
ikatan karbon di minyak putus dan berubah menjadi trans-fat. Prinsip ICS ini
mengikuti prinsip hukum fisika yaitu PV = NRT dimana tekanan dan volume
berbanding lurus dengan temperatur. Demikianlah teknologi yang menggunakan
prinsip vakum menjadi jawaban dalam meningkatkan kualitas sesuai target pasar.
Walaupun agak sedikit technically dalam menjelaskan dan saya pun tak terlalu
paham dengan semua rumus yang diutarakan oleh Ms. Wantanee, namun prinsip dan
rahasia resepnya sudah dibagi ke kami. Lumayanlah untuk menambah pengetahuan.
Kemudian, perjalanan berlanjut ke proses filling. Semua proses dijalankan oleh
mesin dan robot secara otomatis. Karyawan yang bekerja pun sangat minimalis dan
berfungsi untuk mengontrol jalannya otomatisasi mesin dan penyetingan awal. I
was really amazed with kinds of robotic system thru filling line. The robot was
like hands of Dr. Otto who changed into Dr. Octopus in Spiderman movies. So,
the yield of filling section are higher than manual working and all of them are
hands-free yet food safety required. That’s why the line run very fast as the
customer ordered the products. Great technology, wish it’ll be implemented in
Indonesia so. Terakhir, kami melihat laboratorium yang baru didirikan setahun
belakangan. Laboratoriumnya sangat rapi dan bersih, dengan interior seperti
lab-lab penelitian negeri Barat, khas sekali. Alat-alat pengujian pun
kebanyakan otomatis sehingga mempercepat jalannya pengujian yang dilakukan.
R&D section pun dikhususkan hanya untuk penelitian saja. Hal ini tercermin
dari supervisor R&D yang merupakan seseorang dengan gelar doktoral, lulusan
salah satu universitas di Bangkok jurusan material sciences. Sang Doctor
terlihat masih muda, saya taksir berumur di awal 30an, dan ia masih
fresh-graduates, belum pernah bekerja sama sekali. Wow. Sangat jarang bahkan
tidak pernah saya temui orang seperti dia di Indonesia. Bila ingin bersekolah
hingga jenjang doktoral, maka kebanyakan mengambil profesi sebagai dosen di
perguruan tinggi atau menjadi peneliti di lembaga pemerintahan atau swasta. But,
it’s broaden my information about chance to study as higher as we can. Karena
hari sudah semakin sore, maka kami menutuskan untuk mengakhiri plant visit hari
itu. Kemudian, kami meminta supir untuk mengantar kami ke Tesco Lotus,
supermarket asal Inggris yang terkenal di Bangkok, untuk membeli oleh-oleh
makanan. And here we were, with kinds of seasoning, peanuts snacks, and so on.
Then, we closed our day with dinner in KFC (again). We surveyed all of
restaurant and there’s Mc Donalds. But, unfortunately, Mc Donalds sold pork, so
I can’t eat them all. KFC was the best place to eat, but Indonesian KFC always
be the winner of tastyness.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?