Senja menua di sudut kota. Mengantarkan hari menuju gerbang sepi hingga sendiri. Bersandiwara dengan warna. Membujuk tanpa merajuk, mengajak tanpa bisa ditolak. Ia mainkan gradasi menawan hati sampai menghipnotis diri sendiri. Ia kuncupkan tunas yang telah layu, ia rekahkan tunas yang akan berbunga. Kemudian, perlahan ia hapus menjadi pupus. Ia hilangkan ketertarikan menjadi keterpurukan. Ia tutup suka, ia hidupkan duka. Ia bawa cahaya dan menggantinya dengan marabahaya. Ia selimuti dengan kegelapan. Kelindan dengan malam. Menipu tiap penipu dengan nafsu yang tak kan bisa beku. Hingga mereka kaku dan biru. Kembali pada sepi sampai sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?