Beberapa waktu yang lalu, secara tidak sengaja, saya menemukan sebuah artikel mengenai sebuah teknologi baru dalam jagad perfilman Indonesia. Entah adaptasi atau inovasi, yang pasti ketika pertama kali saya membacanya, rasa penasaran pun membuncah hebat. Apalagi dengan film petualangan fantasi yang saya sukai, tambah mupenglah saya. Itulah, 4DX yang belum tenar di telinga saya, pun teman-teman kebanyakan. Dalam website blitz megaplex, disebutkan bahwa 4DX adalah sebuah teknologi anyar dibidang pertunjukkan film di bioskop dengan menambahkan efek spesial selama pertunjukkan berlangsung, seperti efek angin, cipratan air, asap, kilat cahaya, serta kursi yang bergerak mengikuti alur cerita. Karena 4DX ini termasuk terobosanbaru di Indonesia, maka baru ada di satu tempat yaitu blitz megaplex grand Indonesia. Keterangan lebih lengkapnya dapat diklik pada website blitz megaplex : www.blitzmegaplex.com
Sabtu kemarin, saat cuaca sedang cerah-cerahnya, saya dan teman berkesempatan menyambangi Grand Indonesia, bukan untuk jalan-jalan apalagi belanja. Kami hanya ingin memuaskan hasrat penasaran akan kecanggihan 4DX blitz megaplex. Pukul 13.00 WIB kami tiba disana dan langsung berjibaku ke lantai 8. Kondisi disana cenderung sepi sehingga kami dapat leluasa berjalan, window shopping and information, :) Dengan biaya tiket 150 ribu, kami booking tempat duduk di deret tengah, yaitu E 3-4 sesuai informasi dari petugasnya, best view penonton adalah di deretan D-E-F. Pintu bioskop dibuka 10 menit sebelum pertunjukkan. Kami pun masuk sambil dipinjami kacamata the real 3D, besutan blitz megaplex. Saat memasuki area pertunjukkan, kami disambut dengan suasana yang lain daripada biasanya. Kursi penonton berada di bagian atas sehingga untuk mencapainya, kita harus naik 15 anak tangga terlebih dahulu. Seperti biasa, saat pertama duduk, kami mengamati sekeliling, was it different? Was it worthy? Let's see. Di bagian kiri dan kanan kita dikelilingi oleh lampu kilat dan kipas angin, tentu untuk membuat efek kilat dan angin. Tepat di depan kursi, terdapat sensor untuk menciptakan efek cipratan air. Di barisan paling depan, tapi entah dimana letaknya, terdapat lubang untuk memancarkan efek asap. Dan yang paling happening adalah kursi bioskop dengan tipe sama dengan kelas lain namun posisinya agak lebih tinggi, terdapat pijakan, dan efek tumbukan di bagian punggungnya. Susah memang kalau dibayangkan. Lebih serunya sih, langsung dirasakan saja. Chiattt!
Waktu sudah menunjukkan pukul 13.45 namun film belum juga dimulai. Ternyata, kami disuguhi intro terlebih dahulu. Sebuah sajian trailer film action dibuat sebagai awal permulaan untuk menyiapkan mental penonton atas efek-efek yang tercipta selama film berlangsung. Memang sih, keren! kursi ikut bergerak dan bergetar ketika adegan penyerangan dan diserang. Lampu kikat pun berpendar saat pedang sang jagoan terhunus ke lawan. Asap dan cipratan air tercipta saat adegan tercebur dan terbakar. Pun bau benda terbakar turut hadir menyemarakkan efek. Namun ini masih awal, film utama belum dimulai.
Film dimulai dengan adegan luar angkasa yang diperankan oleh Sandra Bullock dan George Clooney. Efeknya belum terasa. Adegan demi adegan pun dilalui dengan agak membosankan. Hal ini karena film Gravity yang ditayangkan tak banyak menampilkan adegan yang melibatkan kontak fisik dari dua orang atau lebih menggunakan senjata atau efek fantasi. Film Gravity cenderung monoton dan banyak penekanan pada perasaan dan pikiran pemeran utamanya sehingga untuk efek yang ditampilkan pun terasa kurang gereget. Selama alur cerita berlangsung, efek 4DX muncul saat adegan kebakaran pesawat, tumbukan, ledakan, dan melayang. Selebihnya hanya efek 3D yang menonjol. Efek yang terasa pun hanya kepulan asap, angin, gerakan kursi, hantaman kursi bagian punggung, dan kilat cahaya. Sayangnya, cipratan air tidak ada. Padahal, efek teraebut dapat dimunculkan saat adegan Sandra Bullock mendarat darurat di tengah danau.
Sebagai penikmat film dan bioskop, saya mengacungkan jempol atas kesuksesan blitz megaplex dalam berinovasi mewujudkan sebuah teknologi terkini dalam dunia pertunjukkan bioskop. Namun, tak ada gading yang tak retak. Penentuan jenis dan judul film sesuai alur cerita, emosi dan efek spesial per adegan, serta durasi waktu film adalah hal yang paling kritis dalam teknologi 4DX ini karena mempengaruhi ekspektasi penonton yang mau tak mau akan dibandingkan dengan film yang sama namun ditonton pada kelas lain, 3D atau 2D. Dari segi harga saja sudah berbeda jauh, kualitasnya pun seharusnya berbanding lurus pula. Demikian konsumen bersuara. Bila konsumen terpuaskan, tak perlu iklan yang menggebu, orang pun berduyun-duyun akan datang mengantri, tak peduli seberapa pun mahalnya, kepuasan tetap ada di peringkat satu. Akhir kata, saya sebagai konsumen, secara general merasa puas dengan teknologi 4DX ini. Namun, untuk selanjutnya, mohon diperhatikan mengenai pemilihan film yang akan ditayangkan di level 4DX ini karena menurut saya, hanya film bergenre action dan petualangan menantang yang melibatkan dua orang atau lebih tokoh utama yang cocok disandingkan dengan kedahsyatan teknologi 4DX. Meminjam istilah vikinisasi : Walau 4DX telah membuat kita menjadi labil ekonomi karena tiket yang lumayan mahal, namun kepuasan yang diberikan dapat menciptakan harmonisasi dalam mewujudkan sebuah konspirasi kemakmuran hati para penikmat film bioskop. =D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do you think, guys?